Tiba saat musim merebahkan diri
di pangkal September,
bersama kemarau yang tak kunjung pergi,
Bersama bayangmu yang sayup dan sepi.Langit yang lengang telah tergelar sempurna.
Impian yang asing telah meruap ke puncak cuaca.
Di bentangan rindu, namamu menggema sebagai doa,
bait-bait rahasia yang kutanam di rahim kata.Lihatlah musim yang membisu indah di ambang senja.
Nyanyi sunyi yang merambat pada warna pepohon tua.
Ke ceruk angkasa, kukembalikan seikat kisah dan luka.
Meniti kembali nasib hingga dekapan takdir tiba.Tanjung Priok, 14 September 2015
*Puisi ini pernah dimuat di Harian IndoPos edisi Sabtu, 9 Januari 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Ceruk Jendela
Poezie"Di ceruk jendela, kau selalu memilih menjelma langit, yang hanya bisa kusentuh dengan puisi, kupeluk dengan doa." Catatan Penulis: Terima kasih, untuk teman-teman yang sudah bersedia membaca, mengapresiasi, memberi puji, kritik serta saran terhadap...