Dari halte ke halte− di busway,
dengan tatapan yang hampa
orang-orang datang dan pergi
menjinjing impian atau kesenyapan mereka masing-masing.
Pukul 07.19 malam.
Kubetulkan letak kacamata minusku
dan kulihat ke luar:
lampu-lampu jalan dan kendaraan,
papan iklan dan kedai-kedai makanan,
bayangan dan sepasang matamu yang penuh impian,
berkelindan di wajah kota yang kian balam.
30 menit menuju halte penghabisan.
Di koridor 10,
bus terus melaju ke arah utara
dan aku masih saja menatap ke luar jendela,
mencari bayangmu
dengan tatapan yang hampa.Tj. Priok, 3 Mei 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Ceruk Jendela
Poetry"Di ceruk jendela, kau selalu memilih menjelma langit, yang hanya bisa kusentuh dengan puisi, kupeluk dengan doa." Catatan Penulis: Terima kasih, untuk teman-teman yang sudah bersedia membaca, mengapresiasi, memberi puji, kritik serta saran terhadap...