Debu dan bising kendaraan
tak mengaburkan sejarah tanjung kota ini.
Kota yang bermula
dari kerasnya geliat kehidupan pelabuhan.
Pukul 07.35 pagi.
Di dalam angkutan umum berwarna merah,
aku saksikan bayang-bayang pembangunan kota.
Menurut kabar, tiang-tiang beton ini kelak akan menopang
jalan bebas hambatan bagi truk-truk besar
yang hendak masuk dan keluar pelabuhan.
Aku saksikan:
buruh-buruh bangunan dengan pelindung kepala
berbaris dikomandoi mandor mereka
di antara riuhnya jalan raya.
Sementara sebagian buruh lain terlihat tengah bersantai
di warung makan kecil
yang di sampingnya terpampang sebuah spanduk kampanye
dari seorang kandidat presiden.Hidup terus berjalan.
Angkutan umum yang kutumpangi terus berjalan
ke arah timur, ke arah pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Ceruk Jendela
Poetry"Di ceruk jendela, kau selalu memilih menjelma langit, yang hanya bisa kusentuh dengan puisi, kupeluk dengan doa." Catatan Penulis: Terima kasih, untuk teman-teman yang sudah bersedia membaca, mengapresiasi, memberi puji, kritik serta saran terhadap...