Tibalah malam
terbentang memeluk gempita kota.
Lampu-lampu listrik dinyalakan
di jalan, restoran, pusat perbelanjaan, mini market 24 jam,
berharap cahaya-cahaya itu mampu mengusir kesunyian manusia."Halo, aku ingin mendengar suaramu."
Tetapi kesenyapan itu semakin dingin dan mengental,
menyelinap di antara kerumunan tawa, berita palsu,
isu politik dan bising klakson kendaraan
yang kian membenamkan impian dan doa-doa."Halo, aku ingin pulang dan rebah dalam pelukanmu."
Tetapi jawaban itu belum jua datang
atau mungkin aku yang tak mampu mendengarnya
di tengah keramaian dunia yang semakin bisu dan fana."Halo, aku merindukanmu."
-Tj. Priok, 24 Mei 2017-
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Ceruk Jendela
Poesia"Di ceruk jendela, kau selalu memilih menjelma langit, yang hanya bisa kusentuh dengan puisi, kupeluk dengan doa." Catatan Penulis: Terima kasih, untuk teman-teman yang sudah bersedia membaca, mengapresiasi, memberi puji, kritik serta saran terhadap...