Too Late

67 13 5
                                    

Writter By : f_hartawan and sonia_fitriani

"Kita jadi kan ngelabrak mereka?"tanya Rian, si pembiang rusuh sekolah, dengan kesal.

Ali, Doni, Paundra, Landi, dan Oji hanya mengedikkan bahu acuh. Mereka tak bisa menjawab karena Fadly, si ketua geng, melamun dengan asiknya.

"Apa?"tanya Fadly. Ia yang baru tersadar setelah Rian memanggil namanya dengan keras.

"Lo kenapa sih?"tanya balik Rian. Kesal masih menyelimuti perasaannya.

"Ngomong aja kali,"ucap Landi.

"Lama-lama lo kayak cewe,"celetuk Paundra.

"Sulit dimengerti,"lanjut Oji.

"Eva minta gue berhenti ngelabrak apalagi tawuran,"aku Fadly, "Dan gue bilang nanti."

Terdiam.

"Anjir, mana bisa gitu. lo kan ketua,"ucap Ali tak terima.

"Makanya, gue bingung ini,"

"Pokoknya lo gak bisa berhenti!"sergah Rian cepat.

"Cinta itu buta, bro,"celetuk Doni santai.

"Gak berpengaruh. Gak bisa ya gak bisa, bodo soal cinta mah!"balas Ali.

Fadly yang tidak ingin sesama temannya adu jotos pun langsung mengubah topik ke awal.

*

Fadly dan Eva, mereka sudah pacaran dari 1,2 tahun yang lalu. Awal mereka dekat saja karena sama-sama sakit hati disakitin pacar masing-masing. Jangan tanya bagaimana mereka sekarang bisa pacaran, karena tidak sama seperti adegan romantis di film.

To: Eva.

Jam 6 di taman kota ya.

Setelah mengirim pesan ke Eva. Fadly mengajak Rian, Ali, Doni, Paundra, Landi, Oji serta teman lainnya pergi ke gedung A. Ia bertekad ini terakhir dia berbuat seperti ini, demi Eva.

Yang awalnya ingin melabrak malah jadinya tawuran. SMA Tunas membawa senjata tajam sedangkan SMA 1 hanya memasang badan.

Semue terjadi begitu saja. Pisau tajam namun kecil hampir mengenai perut Fadly tapi saat balok kayu melayang kearah kepalanya, ia tidak bisa mengelak.

Baku hantam terus terjadi. Fadly yang sempat melihat jam hampir menunjukan pukul 6 dengan segera pergi meninggalkan teman-temannya.
Butuh menahan rasa sakit dikepala untuk bisa menemui Eva. Fadly ingin memberikan hadiah karena selama ini ia tidak pernah memberikan sesuatu ke Eva.

Didepannya Eva sedang tersenyum manis menyambutnya.

Fadly balas tersenyum dan memberikan sekotak permen. "Buat kamu."

Saat itu, kepala Fadly terasa semakin pusing. Padahal, ia ingin mengatakan sesuatu yang tak pernah ia katakan,

"Maka--Fadly!"

Too late to say "I love you.".

Drabble SPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang