Arinda

48 10 0
                                    

Writter by : AtikahPutriAzizah and liliann69

Dia pergi meninggalkan ku. Dia pergi jauh karena kesalahanku. Tak ada yang bisa mempertemukan kembali aku dengan dirinya. Kini, aku hanya bisa menyesali perbuatan ku.

Melampiaskan kepada semua orang yang berada disekitar ku. Aku telah merenggut masa depannya. Aku telah menghancurkan semua mimpi indahnya. Malam itu,
"Kenapa kau pulang sangat larut? Apa yang kau kerjaan di luar sana?!" Tanyanya padaku.

Aku yang masih diselimuti emosi dan benci, menjawab pertanyaannya "Apa peduli mu? Kenapa kau selalu saja ikut campur dalam urusanku?!"

Dia duduk di sofa merah maroon yang berada disamping ku, dia menunduk sambil berkata "sudahlah, hentikan permainan mu. Kau tau? Seberapa besar rasa peduli ku terhadap mu?"

Aku menoleh. Menatapnya yang masih tertunduk. Aku tau, arah pembicaraan ini kemana. Ya. Dia pernah menyatakan perasaannya pada ku, yang justru membuat ku merasa ingin menyingkirkannya dari hidup ku.

"Stop! Kau membuatku muak!" Aku menamparnya dengan emosi menggebu-gebu.
Lalu dia berlari menuju kamar Arinda. Dia tidak menemukan keberadaan Arinda disana. Ia kembali berlari, sembari memeriksa satu-persatu ruangan yang ada dirumah ini.

Namun tak menemukan apa yang dicari. Dia tertunduk di sudut dapur.
"Percuma kau mencarinya. Kau tak akan menemukannya lagi" ucapku sambil berjalan kearahnya.
"Kau mau apa?" Ucapnya sambil menunjuk-nunjuk diriku "jangan berani macam-macam" aku menghiraukan ucapannya.

Sekarang, dia tidak bisa pergi kemana-mana lagi. Aku mengambil benda itu dari saku celana ku. Mendekati dirinya. Ku toreskan sedikit luka yang kusebut seni pada pelipisnya. Dia mengerang kesakitan.
"Mari bersenang-senang" ucapku. Aku melihat sebutir air bening jatuh dari kelopak matanya.

Dengan sekali tusukan, aku menusuk perutnya sangat dalam dengan benda yg ada ditanganku. Dia berteriak, lalu jatuh tak berdaya. Aku menatap korbanku. Dan aku baru tersadar atas perbuatan ku. Aku mengambil pisau yang dipenuhi darah itu. Aku sungguh menyesal. Kenapa diri ku tega melakukan hal ini kepada adik ku sendiri. Bahkan ibu ku, Arinda.

Maafkan aku. Aku berjanji, kalian bukanlah satu-satu nya korban ku.
Sampai saat ini, aku terus menjajali mangsa ku. Menghabisinya tanpa rasa iba.
Aku, Rafless. Pembunuh berdarah dingin yang sulit dilacak.

Drabble SPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang