1. I am a Seiyuu! : Part a

2.9K 244 5
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Only The Ring Finger Knows © Kannagi Satoru & Odagiri Hotaru

Pairing: SasuNaru

Seiyuu!Naruto, Seiyuu!Sasuke, AU, Yaoi, Shounen Ai, BoyxBoy

Rate T akan berubah M seiring berjalan cerita.

Terkadang typo, bahasa dan diksi seadanya, gaya amatir.

.

.

.

.

.

"Ja-jangan.... Ahngg!... ber....henti.... ah!" Suara bergetar. Desahan paksa keluar.

Terdengar dibuat-buat. Jelas sekali.

"Cut..." Helaan napas seseorang membuat beku tiap aktivitas di sana. Sunyi seketika.

"Ternyata memang tidak semudah itu ya..." Gaara memijit pelipisnya, habis ide.

"Hmph!! Hahahahaha. Konyol sekali. Sungguh!" Setelah menahan tawa dari tadi, akhirnya Kiba meledak juga. "Coba saja kau bisa lihat tampangmu sendiri, Naruto!" Tangannya memukul-mukul meja.

Lembaran kertas naskah ditaruh di atas meja dengan hentakan keras, frustasi. "Arggghhh!!!" Naruto mengacak rambutnya sendiri. "Aku bisa gila!"

"Ternyata sebaiknya memang ditolak saja, ya." Tangan pucat Gaara sudah merogoh saku, mengeluarkan ponsel pintarnya yang berwarna senada dengan rambutnya ─bukan keluaran terbaru, tapi cukup bergaya untuk dibawa-bawa─ berniat menghubungi seseorang.

"Jangan!!!" Kedua tangan Naruto mengibas-ngibas. "Ini kan kesempatan emas."

"Ya, kesempatan emas. Itu pun kalau kamu bisa." Kiba berhenti memukuli meja, tangannya berganti mengusap air mata di sudut matanya. Terlalu banyak tertawa. "Nyatanya caramu mendesah dan caramu buang air besar saja tidak ada bedanya hahaha."

"Sialan!" Naruto menyeberangi meja, hampir berhasil menoyor kepala Kiba kalau saja Gaara yang duduk di sampingnya tidak mengetuk kepalanya dengan gulungan kertas naskah di genggamannya.

"Sudah. Ini serius." Helaan napas kembali keluar dari mulut Gaara. "Kita tak punya pilihan selain menolaknya."

"Beri aku waktu. Aku jamin aku akan bisa melakukannya sebelum proses rekaman mulai." Naruto menatap Gaara. Pandangannya sungguh-sungguh.

Gaara masih tidak yakin.

"Biarkan saja dia, Gaara. Jangan terlalu dimanja. Pengalaman itu perlu." Kiba berkata sok bijak.

Naruto menganguk-anguk, tak sangka Kiba ada di pihaknya kali ini.

"Kan kalau gagal yang malu juga tetap dia. Bukan kita." Kiba menambahkan. Pemikiran Naruto terlalu muluk ternyata. Naruto kembali menahan diri untuk tidak menghajar teman satu agensinya itu.

"Dengar, Naruto...." Nada bicara Gaara biasanya memang sudah serius, tapi kali ini lebih serius. Masih dengan suara rendahnya yang khas. "Ini akan sulit. Memang kebanyakan voice actor bisa langsung melejit namanya saat mereka bisa mengisi suara di anime bertema BoysLove. Tapi aku tidak mau memaksamu melakukan itu walau demi kebaikan agensi. Percayalah, agensi kita bisa bertahan."

Naruto terdiam. Kepalanya menunduk. Otaknya berputar memikirkan banyak hal. Keadaan agensi kritis, hampir bangkrut.

Agensi ini sudah seperti rumah baginya. Semua orang di sana adalah keluarga.

Rumah mereka. Gaara, Kiba, Naruto, dan staff lainya berasal dari panti asuhan yang sama. Pria tua dermawan bernama Sarutobi adalah kepala panti asuhan itu. Beliau membiayai semua keuangan panti dari uangnya sendiri.

Dulunya agensi pengisi suara ini adalah kantor yang dipimpin oleh kakek Sarutobi ─begitu mereka memanggilnya─ tapi sejak beliau meninggal, Gaara yang memang memiliki intelektual di atas rata-rata mulai mengambil alih walau di umur muda. Mereka membangun bersama. Bersusah payah selama ini.

Naruto mendongak. Kedua tangannya mengepal mencengkram serat celana yang dikenakannya. "Kamu tidak memaksaku, Gaara. Ini keputusanku sendiri."

Siapapun yang ada di sana, pasti dapat merasakan tekad bulat yang terlihat di ke dua bola mata Naruto. Tak tergoyah.

Uzumaki Naruto, 18 tahun. Menerima pekerjaan pertamanya sebagai pengisi suara.

Seiyuu! Say I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang