19. Is It Training? : Part f

1K 148 52
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Only The Ring Finger Knows © Kannagi Satoru & Odagiri Hotaru

.

.

.

Kakashi terlambat sekitar tiga puluh menit.

Jam tujuh pagi seperti ini Kakashi tahu kalau Sasuke sudah bangun & mengenakan baju olahraganya yang biasa. Kalau tidak sedang berada di taman area apartemen, dia pasti ada di ruang latihan. Kakashi bahkan tidak sempat membuat sarapan. Minimarket jadi sangat berguna.

Kakashi masuk ke dalam apartemen Sasuke dengan kunci cadangan berbentuk kartu pipih, melangkah ke dalam ruang latihan olah tubuh yang terletak paling jauh ─melewati ruang perpustakaan.

Dia terhenti kaku di depan pintu.

"T─tunggu... dulu... Sasuke..." Suara yang Kakashi kenal sebagai suara Naruto, terputus-putus dengan napas berat. "Pelan-pelan..." Suara itu memohon, lirih.

"Tetap akan sakit walau pelan-pelan." Suara rendah Sasuke menyusul.

"Aku takut."

"Kau bisa."

"Aku tidak bisa."

Kantong plastik berisi beberapa potong roti isi dan susu kotak
less sugar jatuh terlepas dari genggaman tangan Kakashi, isinya berceceran.

"Kau bisa."

"O-oke... Tapi kau janji harus pelan-pe─ Akhhh!"

Kakashi tersentak karena teriakan kencang itu, keluar dari ketidaksadarannya.

"Sakit! Kubilang pelan-pelan, Brengsek!"

Apa itu tadi?

Kekerasan? Pelecehan seksual?
Wajah Kakashi memucat.

Tidak! Tidak bisa. Kakashi tidak bisa membiarkan ini. Dia belum siap ditanya oleh Fungaku tentang di mana tanggung jawabnya saat Sasuke melakukan tindak kriminal seberat itu. Terlibat pertengkaran ringan dengan sesama entertainer sudah biasa. Tapi kalau sampai tindak kekerasan atau pelecehan seksual, apalagi dua-duanya, dikenai pasal berlapis atas kekerasan sekaligus pelecehan, diciduk pihak berwajib, disiarkan media massa, menyebabkan Mikoto pingsan lagi seperti dulu, dan akhirnya melibatkan nama besar Uchiha Group, Kakashi memilih gantung diri saja dibanding ditembak mati Itachi di hadapan pegawai yang lain. Trauma karena masalah keributan terakhir yang melibatkan Sasuke itu belum hilang. Bagaimana juga dia bertanggung jawab pada Iruka soal Naruto?

Kakashi menerjang pintu dengan hati kalut dan gumaman berulang,
'matilah aku' .

Pintu terbuka kasar, lebar. Menampakkan ruangan berlapis lantai kayu secara keseluruhan. Dinding-dindingnya berupa kaca, replika sempuran dari ruang latihan tari Hyuuga Entertainment, hanya saja lebih kecil. Empat berbanding satu.

Di tengah ruangan, wajah Naruto terlihat sengsara, menahan sakit mati-matian. Sasuke berada di belakangnya, menekan punggung Naruto ke depan sampai bocah pirang itu bisa membuat ujung jari-jarinya mengenai ujung jari kaki.

Kakashi mengerjap.

"Kau mengagetkan." Sasuke melepas tekanan tangannya pada punggung Naruto. "Sudah membeli sarapan kami?"

Kakashi mengerjap lagi. Mulai bisa membaca situasi.

"O─oh. Sarapan, ya. Iya, ya. Hahaha." Kakahi mencoba mengingat di mana tadi dia menjatuhkan kantong plastiknya. Sambil merutuki kekonyolannya sendiri, Kakashi memunguti roti isi yang dikemas dalam plastik kedap udara.

Seiyuu! Say I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang