Naruto ⓒ Masashi Kishimoto
Only The Ring Finger Knows © Kannagi Satoru & Odagiri Hotaru
.
.
.
Gaara hampir tidak pernah seserampangan ini sebelumnya.
Hal yang dulu pernah membuat dia bertingkah seperti itu salah satunya adalah ketika dia mendapat kabar kalau Naruto dibawa ke rumah sakit karena demamnya makin parah. Gaara yang sedang dalam jam pelajaran bahkan tidak menyempatkan diri untuk meminta ijin pada guru yang bertugas mengajar. Berlari begitu saja setelah merapikan semua buku-bukunya di atas meja, mengabaikan pandangan terkaget semua penghuni kelas.
Keesokan harinya dia sudah jadi bahan gosip di antara tuan dan nona muda kaya raya dengan tajuk 'Murid Teladan Meninggalkan Kelas Tanpa Ijin'. Gaara tidak ambil pusing. Hanya perlu melapor pada guru dan masalah selesai. Begitu saja, tidak perlu dia menjelaskan pada orang-orang agar namanya kembali bersih. Biarkan orang dengan pemikiran dangkal mereka. Gaara sudah terlalu terbiasa.Kali ini masalahnya masih menyangkut soal Naruto. Tapi tempat Naruto berada bukanlah yang menjadi tujuan.
Gaara berlari keluar rumah, melupakan beberapa berkas yang jadi tanggung jawabnya hari ini. Pertanyaan Iruka yang berpapasan dengannya tidak dijawab dengan memuaskan. Hanya "Nanti aku jelaskan. Dua atau tiga jam lagi aku kembali." Itu pun masih dengan menjaga langkah terburunya tetap konsisten. Iruka mulai khawatir.
Gaara bisa saja memakai mobil milik agency, tapi rasanya tidak bertanggung jawab kalau mobil itu dipakai untuk keperluannya sekarang ini. Rasionalnya masih bekerja.
Sebenarnya taksi jadi pilihan terakhir, tapi pertimbangan untuk mempersingkat waktu membuat Gaara memilihnya. Sudahlah, naik taksi sekali tidak akan menghabiskan jatah uang satu bulan.Gaara memberikan beberapa uang kertas ribuan yen dan melangkah keluar taksi saat mencapai tujuan.
Demi apapun, tidak pernah terpikir dia akan datang ke tempat ini.
Hyuuga Agency. Hyuuga Entertaintment .Smarthphone dengan gantungan chibi rubah ekor sembilan dikeluarkan dari saku, layar sentuh di scroll dan ditekan beberpa kali. Menemukan nama orang yang dicari di menu kontak, Gaara melakukan panggilan keluar. Beberapa detik menunggu sampai panggilan dijawab.
Suara di sebrang sana memulai dengan sapaan dan pertanyaan, "Siapa?""Ini aku," Gaara mulai berjalan memasuki gedung, beberapa kali hampir bertabrakan dengan orang yang langkahnya dia dului. Sedikit menghela napas dan dilanjut dengan kalimat pendek yang sangat jelas.
"Kau ada di Hyuuga Entertaintment kan? Turunlah. Aku tunggu di lobi."
.
.
Gaara duduk menunggu lebih dari sepuluh menit.
Selain Gaara ada beberapa orang lagi yang sepertinya sama-sama sedang menunggu, sibuk dengan koran atau gadget keluaran terbaru penunjuk tingginya status sosial.
Sebagai kantor skala besar, Hyuuga Entertaintment punya sistem keamanan yang cukup longgar. Orang dapat dengan leluasa memasuki bangunannya setelah lewat pemeriksaan sensor di depan pintu utama. Bisa dipastikan Gaara ─dengan penampilanya yang memang sangat kantoran─ bisa pergi menerobos masuk ke elevator dan menuju tempat orang yang ditunggunya berada tanpa main kejar-kejaran dengan security. Cara itu dihindari, Gaara tidak ingin masuk lebih dalam ke gedung ini. Apalagi kalau nanti dia sampai bertemu orang lain yang mengenalnya da─
"Ano…"
Baru saja Gaara berharap tidak bertemu seseorang untuk diajak berbasa-basi.
Gaara mengalihkan pandangan dari jam tangannya. Dari tadi matanya mengamati gerakan jarum jam penghitung detik, tersa sangat lama. Didongakan kepala, seseorang berdiri di samping sofa yang didudukinya.
Seseorang itu, seorang gadis dengan balutan dress putih sederhana berpotongan aline dan korsase cantik di bagian atas dada kiri. Dia berdiri sedikit tidak nyaman dengan kakinya yang mengenakan sepatu ber- heels .
Mata Gaara sedikit menunjukkan keterkejutan, bertatapan dengan sepasang mata yang serupa dengan 'orang itu'. "Kau…" Gaara sedikit mengingat, "Hinata?"
Gadis dengan rambut gelap lurus yang melebihi pinggang berhiaskan
hairclip butir-butir mutiara menunjukkan senyum malu-malu. "S─senang rasanya Gaara-kun masih mengingatku…"Gaara memang mengenalnya. Dan dia tidak membencinya, setidaknya, Hinata lebih baik daripada gadis-gadis berisik yang dia temui di masa sekolah. Hal itu juga yang membuatnya tidak enggan untuk sedikit bertanya, "Apa kabar?"
"B─baik. Begini-begini saja… tidak berubah…" Gadis itu menjawab pelan, sedikit menunduk. Masih tersenyum. "G─Gaara-kun bagaimana?"
"Sibuk."
Jawaban singkat Gaara tidak menghilangkan senyuman dari wajah Hinata, dia sudah tahu bagaimana Gaara bersikap. Bukan karena tidak ingin didekati, hanya tidak terbiasa didekati.
"Ah iya… a─ada perlu dengan Nii-san? Naik… ke atas saja. Pestanya sudah mulai dari tadi…" Hinata mengingat tujuannya menyapa Gaara.
"Pesta?" Pesta di siang hari? Aneh…
"Eh? B─bukan mau memenuhi undangan pesta?" Hinata mulai gugup, salah perkiraan. "Pesta pengangkatan Nii-san sebagai pemimpin divisi dubber."
"Tidak, bukan. Aku sedang menunggu orang lain."
"Umm… m─maaf kalau begitu. Aku tidak… tahu…" Wajah gadis itu makin memerah.
Hinata benar-benar tidak berubah.
"Tidak apa-apa." Gaara tulus mengatakannya.
"Kalau begitu… aku… pamit dulu…" Jari lentik menunjuk ke arah pintu keluar.
Angukan diberikan sebagai jawaban.
Gaara menatap punggung gadis yang berjalan menjauh itu sampai menghilang dari penglihatannya. Helaan napas keluar, berat.Gaara tidak membenci Hinata. Tapi, Hinata adalah salah satu orang yang ingin dia hindari. Entah kenapa.
Gaara mengedarkan pengamatannya kali ini, isi gedung jadi objek. Mencoba melupakan kejadian barusan.Mewah adalah kata pertama yang terlintas di kepala Gaara.
Gedung itu mewah. Terlihat dari bagaimana mereka merancang seisi lantai dasar yang dijadikan lobi. Gaya eropa klasik yang minimalis, setingkat rancangan hotel bintang empat. Dengan pajangan porselen-porselen bernilai seni tinggi di tiap sudut. Poster-poster bintang yang sedang naik daun dari agency mereka dipajang dengan artistik, diberi bingkai sebagai pemanis. Dari lima poster ukuran besar yang dipajang di dinding, salah satunya poster dengan potret wajah kenalan lamanya, Uchiha Sasuke.
Gaara memperhatikan orang yang berlalu melewati tempatnya duduk. Sudah tidak heran lagi kalau Gaara menemukan beberapa orang yang wajahnya jadi langgangan muncul di layar TV. Aktor, penyanyi, presenter dan berbagai macam profesi entertainment lainnya. Sungguh agensi yang besar. Berbeda sekali dengan agensi miliknya.
Getaran ringan dari alat komunikasi berbentuk kotak segenggaman tangan mengambil alih perhatian. Satu tanda pesan masuk. Tangan pucat bergerak menyentuh permukaan layar, membuat pola pembuka kuncian sebelum bisa membaca isi pesan.
From: Naru (naruto_dattebayo )
[Kamu di mana? Kok lama?]Pesan dari Naruto.
"Kau sampai berani datang ke sini?"
Sebuah suara menyela ketika Gaara sudah akan bergerak membalas pesan tersebut.Gaara mendongak, menemukan orang yang sudah ditunggunya. Sasuke membuka kacamata yang dia pakai. Dua pasang mata saling menatap dingin.
Pesan singkat dari Naruto dibiarkan tidak terbalas.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Seiyuu! Say I Love You!
Fiksi PenggemarBiru langit siang hari bertemu kelamnya malam. Saling menatap dan berhadapan dalam dunia yang menjadikan suara sebagai porosnya. SasuNaru fanfiction. AU. Seiyuu!Naruto. Seiyuu!Sasuke. Romance, drama, family, dengan sedikit humor. (SasuNaru fanfic. R...