9. Can't I? : Part c

835 153 11
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto


Only The Ring Finger Knows © Kannagi Satoru & Odagiri Hotaru

SEIYUU! Say I Love You!

.

.

.


Ranjang di kamar Naruto tidak pernah semenggoda ini untuk terus ditiduri tanpa henti. Begadang memang selalu punya efek negatif.
Naruto tidak akan ambil pusing dengan matahari yang mulai merangkak naik. Istilah 'bangun di pagi hari' itu hanya mitos.
Naruto berencana tidur sepuasnya hari ini.

Setidaknya memang begitu rencana awalnya sampai terdengar bunyi alunan lagu dari ponselnya. Itu lagu kesukaan Naruto, hanya kalau tidak diputar dalam keadaan seperti sekarang. Naruto sedang tidak mau diganggu.

Panggilan masuk.

Bahkan menggerakan tangan untuk memutuskan panggilan saja Naruto tidak mau, dirinya sudah terlalu malas. Naruto makin menggulung diri dalam selimut, meringkuk seperti trenggiling. Alunan nada panggilan masuk dijadikan lagu pengantar tidur, walau nada rock sama sekali tidak cocok.

Lagu berhenti.

Ah putus.

Naruto bisa bercinta dengan mimpinya lagi kali ini. Dengan tenang.

Itu harapannya. Naruto sudah tersenyum. Kembali melelapkan diri.

Gagal.

Lagu itu berputar lagi.

Naruto kesal. Kali ini tangannya dipaksa meraih ponselnya. Mungkin satu bentakan akan membuat si pengganggu jadi tahu diri.

Nomor tidak dikenal.

Jempolnya menggeser bulatan pada layar sentuh itu, menerima panggilan dan mendekatkannya pada telinga, masih dengan mata setengah fokus.
Bentakan Naruto tertahan di tenggorokan. Orang di sebrang sana sudah bicara lebih dulu. "Hei dobe." Bukan sapaan, tapi panggilan kasar.

Suara ini...

Naruto langsung membuka mata sepenuhnya, syaraf-syarafnya langsung terhubung. Tubuhnya langsung terduduk.

Tidak salah lagi!

Ini suara orang yang menyebalkan itu. Suara yang menyebutnya kampungan. Suara yang mengajaknya ribut tempo hari. Tidak ada yang memanggil Naruto dengan sebutan 'Dobe' selain orang brengsek satu itu.
Naruto sedikit berteriak, kaget level maksimal. "Uchiha Sasuke?!!!!!"

"Tck, berisik."

Bahkan suara menyebalkannya pun tetap sama. Ini mimpi? Ini mimpi? Sumpah demi apapun Naruto tidak pernah meminta pada dewa agar diberi mimpi semacam ini. "Kau... sungguhan si Uchiha itu?"

"Hn."

"Serius?"

"Kau terlalu bodoh untuk mengingat suaraku?"

Sial. Ternyata dia memang menyebalkan. Mimpi atau bukan, yang pasti ini tetap si BL Prince sombong itu. Naruto mendengus. "Tahu dari mana nomorku? Ada perlu apa?" Naruto bertanya, ketus. Sengaja menunjukan pada lawan bicaranya kalau dia kesal.

"Simpan semua pertanyaanmu untuk nanti. Hari ini datanglah ke Raven's Cafe di district RedMoon."

Tut.... tut....tut....

Sambungan telepon diputus sepihak. Naruto menatap layar ponselnya. Mata jernihnya mengedip beberapa kali.

Lima detik. Otak Naruto menghabiskan waktu lima detik untuk proses loading.

"EHHHHH????"

.

.

.

TBC

Seiyuu! Say I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang