Naruto © Masashi Kishimoto
Only The Ring Finger Knows © Kannagi Satoru & Odagiri Hotaru
.
.
.
.
.
Dalam sejarah hidupnya, baru sekali ini Naruto tidak menghabiskan makanan. Biasanya perutnya jadi tempat penampungan makanan sisa, jahat tapi begitulah keluarganya menjulukinya. Naruto berubah menjadi patung ─bukan dalam artian sebenarnya─ tubuhnya kaku, matanya memandang kosong. Iruka mengguncang-guncangkan bahunya, mencoba menyadarkan.
Nihil.
Roh Naruto bagai lepas dari kerangkanya, terbang bersama suara cemprengnya yang kini ikut tak terdengar juga.
Gaara dibuat khawatir setengah mati, kalau saja wajahnya bisa merefleksikan.
Kiba terbahak.
Shikamaru menguap malas.
Naruto masih dalam keadaan begitu saat menuju studio. Iruka mendampingi sebagai manajer. Tadinya Gaara memaksa ikut, tapi tugas lain sebagai pimpinan kantor agensi memanggil.
Setelah menyetir hampir satu setengah jam akhirnya mereka bisa memarkirkan mobil ─satu-satunya milik agensi mereka. Waktu satu setengah jam itu bukan karena jauh, tapi karena Iruka harus mengantar anak didiknya yang lain, Kiba dan Shikamaru juga punya proses rekaman hari itu. Sayang studio tempat mereka melakukan rekamannya berlainan arah dengan studio tujuan Naruto.
"Sudah sampai." Iruka mencoba mengguncangkan tubuh Naruto lagi.
Terimakasih Tuhan, kali ini berhasil. Ingatkan Iruka nanti supaya lebih sering mengunjungi makam Tuan Sarutobi, meminta wejangan.
Naruto sedikit tersentak kaget. "Eh?" kepalanya celingukan. Gedung cukup tinggi terpampang dalam pandangannya. Megah dengan dominasi kaca. "P-iEro Studio?" matanya menyipit, membaca tulisan ukuran raksasa di atas gedung itu.
"Iya." Iruka membantu melepas seat belt Naruto. "Ayo jalan."
Mereka melewati tempat parkir.
Gila! Tempat parkirnya saja luas sekali, Naruto membatin. Matanya mengamati beberapa mobil mewah yang terparkir di sana. Dia mulai bertanya-tanya, apa kalau kerja di industri anime bisa menghasilkan banyak limpahan uang sampai orang-orang di sini bisa membeli mobil seharga tiga buah rumah gedong di kompleks perumahan elit. Jangan salahkan Naruto jika dia mulai berangan-angan. Oh ayolah, dia hanya remaja naif yang baru AKAN tahu bagaimana dunia sebenarnya.
Dunia kerja.
Iruka tersenyum ramah pada security di depan pintu geser kaca yang dibalas dengan angukan formalitas. Naruto mengikuti sampai meja recepsionist.
Gadis berambut merah jambu tersenyum professional di balik meja. Naruto sedikit melirik.
"Kau tunggu di sana dulu saja, Naruto. Aku masih harus mengisi beberapa data." Telunjuk Iruka mengarah pada tempat menunggu di bagian samping.
Naruto menganguk samar. Kakinya melangkah ke sofa dengan balutan beludru warna coklat tua. Minimalis, namun sangat elegan. Naruto yang kudet saja bisa tahu bahwa satu set sofa dengan meja kaca di tengahnya itu tidaklah murah harganya.
Setelah duduk lalu apa?
Naruto celingukan lagi. Bola matanya bergerak melihat satu sisi ruangan yang dipercantik dengan lemari kaca yang menampilakan sederetan action figure di dalamnya. Ah, Naruto tau tokoh yang berambut jabrik pirang dengan pakaian orenye nyentrik itu, itu si ninja ceria yang bisa menggandakan diri sampai seribu copy. Dulu Naruto sering menonton animenya beramai-ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seiyuu! Say I Love You!
FanfictionBiru langit siang hari bertemu kelamnya malam. Saling menatap dan berhadapan dalam dunia yang menjadikan suara sebagai porosnya. SasuNaru fanfiction. AU. Seiyuu!Naruto. Seiyuu!Sasuke. Romance, drama, family, dengan sedikit humor. (SasuNaru fanfic. R...