14. Is It Training? : Part a

851 135 14
                                    

Naruto ⓒ Masashi Kishimoto

Only The Ring Finger Knows © Kannagi Satoru & Odagiri Hotaru

.

.

.

Inuzuka Kiba, 19 tahun mendekati 20 tahun.

Bukan seiyuu dengan karir melonjak, tapi cukup stabil. Baginya, semua terasa baik-baik saja asal bisa menikmati hidup. Motonya ‘Ikuti Saja Alur Kehidupan Membawamu’, mirip moto Shikamaru, hanya saja lebih niat. Pencinta anjing tapi trauma setelah anjing kesayangannya mati tergilas truk, butuh waktu hampir satu tahun agar Kiba berhenti menggalau tiap berada di dalam kamar sendirian dan menangis sesegukan diam-diam di malam hari karena teringat sahabatnya itu. Kiba punya bakat untuk jadi lelaki melankolis.

Itu cerita lama, empat tahun lalu. Tidak perlu terlalu dipikirkan.

Dia menikmati kehidupan bersama keluarga besarnya yang ramai. Semua orang yang tinggal di sana pasti sama-sama menikmatinya. Kiba yakin itu.
Jomblo selama sejarah hidupnya. Tapi bukan berarti tidak punya pengalaman soal ‘itu’. Kalian akan terkejut kalau tahu seberapa berpengalamannya Kiba. Buku-buku dewasanya membantu untuk berimajinasi, beberapa latihan praktek, ditambah dengan situs rahasia bernama ‘Kehidupan Pria Sejati Semenggairahkan Pesona Gadis Polos’ yang sering dia kunjungi tiap malam senggang. Pembahasan di sana selalu menarik perhatiannya. Situs untuk pria dewasa, katanya.
Katanya.

Dulu punya partner in crime, Kurama, sama-sama memiliki hobi membodohi Naruto. Sekarang tidak lagi. Tapi walau tanpa Kurama, kesenangan itu tetap  menjadi rutinitas. Seperti sekarang ini. Kegiatan untuk merancang ide jahil selanjutnya.

Mata Kiba mengamati gerakan Naruto yang berada di ruang TV yang biasa dipakai kumpul-kumpul. Ruangan luas dengan meja rendah dan satu sofa panjang berlapis beludru warna merah, Gaara yang memilih.

Lantainya dilapisi karpet murahan tapi cukup bagus untuk dilihat, bercorak sederhana tapi elegan, ini juga Gaara yang memilih. Intinya, semua yang bagus ditempat ini, kalau bukan Gaara yang memilih berarti Iruka-sensei yang memilih. Cuma dua orang itu saja.

Dapur yang cukup luas memuat meja makan berada sejajar dengan ruangan itu. Dibatasi dengan dinding kaca transparan yang memungkinkan melakukan permain mata-mata.

Sendok sup kosong yang diapit dibibir Kiba diemut lama-lama. Gagangnya bergerak ke atas bawah. Dagu ditopang dengan sebelah telapak tangan.

“Liurmu bisa menyiprat ke mana-mana.” Shikamaru yang duduk di samping Kiba berkata malas. “Kalau sudah selesai makan, sana cuci mangkuknya.”

Pekerjaan membuat waktu makan malam mereka terlambat. Jam sebelas malam dan mereka baru mulai acara makan.

Kiba melirik ke arah Shikamaru. Pandangannya kemudian turun ke mangkuk sup milik pria berambut nanas itu. Sup miliknya masih setengah penuh.

Sendok yang diemut Kiba dilepas, dia mengais kuah sup dengan beberapa potong daging ayam dari mangkuk Shikamaru tanpa ijin.

“Jorok. Kau pakai sendok yang terkontaminasi liurmu untuk mengotori supku.”

Beberapa detik untuk menelan sebelum akhirnya Kiba bisa berkata, “Hebat sekali kata-katamu itu. Seperti kau tidak pernah mengotori semua bantal di rumah ini dengan liurmu saja.” Kiba tidak peduli, tangannya masih bergerak membantu menghabiskan sup bagian Shikamaru.

“Oi…” Shikamaru menghentikan gerakan makannya, merasa sedikit terganggu. “Ini makan malam bagianku. Kalau mau tambah sana ambil lagi.” Yang lelah dan lapar bukan hanya Kiba, Shikamaru juga.

Seiyuu! Say I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang