Monolog Dey #FB

647 71 22
                                    

Awalnya saya mau mencari sesuatu di google, tapi seperti biasa... saya malah akan mampir kemana-mana dan berujung lupa ingatan dan kaget melihat jam. Well, sayang membuka akun blog saya, blog nista karena isinya adalah hal-hal tidak penting di otak yang harus diuraikan demi jiwa raga sehat sentosa. Dan... saya menemukan beberapa foto bercerita. Jadi... dulu saya suka cari gambar gitu dan dari gambar saya meracau. Dan ini sangatlah sederhana, mungkin ada yang mau membaca. Tapi sekira menghabiskan waktu abaikan aja. #FB berarti foto bercerita

 #FB berarti foto bercerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Sebelum aku bermonolog tentangku dan dua ekor ikan yang kugenggam, bolehkah aku memperkenalkan diriku? Tentu saja boleh, sebab sebagaimana monolog yang berarti berbicara dengan diri sendiri, semuanya boleh kukatakan. Tapi jika ada yang mendengar monologku nanti, tenang, tidak akan ada kata-kata kotor yang kuucapkan.

Namaku Dey dan aku kucing jantan. Ibu yang berkata bahwa aku kucing jantan. Sebab aku tak tahu apa perbedaan kucing betina dan jantan. Aku tak dapat melihat. Sejak lahir yang kulihat adalah gelap. Kukira semua kucing sama hingga saudara yang lahir denganku, Chad dan Brow membicarakan Pam saat usiaku mungkin tiga minggu. Pam adalah anak kucing lain yang bersuara mencicit. Chad dan Brow ketika itu sedang berdebat apakah Pam berwarna coklat pekat atau hitam. Aku bertanya pada Chad seperti apa Pam, Chad malah marah dan menyuruhkan melihat sendiri. Lalu aku menjawab,"Aku tidak melihat apa-apa,Chad.". Brow dan Chad melaporkan ini pada Ibu. Selanjutnya aku menangis dan ibu terus menjilati mata dan badanku. Brow dan Chad pun menghiburku, Brow berkata,"Dey, bagaimanapun matamu, kami tetap menyayangimu. Kita akan tetap bermain bersama."

Waktu terus berjalan dan Ibu bilang kami sudah berusia satu tahun. Pemilik kami, seorang gadis belasan tahun bernama Ebony berniat memfoto kami sebagai kado untuk kami bertiga. Kata Chad, Ebony cantik dan senyumnya manis. Namun yang kutahu, Ebony bersuara merdu. Aku selalu berlari kencang menuju dimana suara itu terdengar jika Ebony meneriakkan namaku atau menyebut,'tiga jagoanku!" . Tangannya begitu halus tiap membelai bulu-buluku yang kata Brow berwarna abu-abu. Ebony selalu menunjukkan padaku dimana piring makan berisi tuna goreng atau makanan kemasan khusus kucing.

Aku bersembunyi di balik Ibu ketika sesi foto berlangsung. Aku tidak mau berfoto. Aku tidak punya mata atau lebih tepatnya mataku tertutup. Aku mengeong, berteriak tidak mau. Aku tidak mau orang yang melihat fotoku jadi sedih atau mengolokku. Tidak apa aku tidak difoto, tidak apa.

Namun Ebony memintaku menggenggam dua ekor ikan mati. Perutku berbunyi seketika. Tapi Ebony menuntunku untuk memegangnya dan meletakkan dua ekor ikan itu di tempat dimana mataku berada. Ebony berkata,"Dengan begini kamu terlihat lucu. Mata ikan ini seolah matamu." 

Aku mengangguk senang. Ebony memfotoku kemudian. Kata Ibu fotoku terlihat menggemaskan, Chad dan Brow pun berkata aku seperti kucing yang bisa melihat. Aku senang. Aku terlihat seperti kucing normal meski hanya di selembar foto. Kau bisa lihat fotoku di bawah ini ? Aku menempelnya agar semua orang tahu, Dey punya mata yang ia pinjam dari dua ekor ikan.

Terima kasih sudah mendengar monolog Dey!


18/3/2015

Juni untuk JuliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang