Pidato Kematian

1K 115 6
                                        

Suatu waktu, napasku terhenti.

Suatu masa, jantungku diam saja.

Dan saat itu mereka akan bilang aku telah tiada.

Kan kudengar suara pemberitaan tercabutnya nyawaku. Atau isak ... atau tawa bisa juga.

Sebagai mayat nantinya, tak akan ada yang berdiri di podium dan mengucap terima kasih. Tak ada foto bersama yang terunggah di sosial media. Tak ada, sebab itulah kutulis pidato kematianku ini. Sebab tidak ada yang tahu kapan waktu membunuh usiaku.

Sebelumnya, tentu harus kumulai dengan sapa. Assalamualaikum semua. Terima kasih sudah datang di pemakamanku. Oh jangan sedih. Ini bukan akhir, Tuhan bilang ini awal. Awal dari keabadian sebab belum kupahami setelah berjumpalitan di akhirat kita akan ke mana. Konon di situ-situ saja.

Kumerasa banyak dosa dengan manusia. Mungkin aku pernah berkata yang menggores luka, mungkin aku pernah tidak sengaja memukul, atau tatapan mataku pernah menyakiti.

Jadi... maafkan aku.

Kurasa tak perlu panjang pidato ini. Mungkin sampai di sini ketika aku membacanya dalam keadaan tiada, aku sudah terisak atau sebaliknya membeku.

Hanya maaf dan terima kasih yang kuhaturkan pada semua.

Sebab jika waktu itu tiba, aku sudah pernah mengatakannya.

Salam penuh sayang,

Manusia yang pernah lahir dan pasti tiada.

(8/8/2016)

s

Juni untuk JuliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang