Prolog

5.7K 329 11
                                    

BGM : Red velvet - One Of These Nights

Seorang gadis kecil memejamkan matanya dengan nyaman didalam dekapan ibunya. Jung Ara, ibu dari gadis kecil yang sedang terlelap itu, mengelus pelan rambut gadis kecil itu dan mulutnya tidak berhenti menggumamkan nyanyian penghantar tidur yang merdu. Dia menempelkan jadi telunjuk kemulutnya mengisyaratkan pada pria yang baru masuk kedalam kamar itu untuk tidak berisik.

"Apakah Yein sudah tidur?" Jung Ara mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan sang suami.

"Kalau begitu mari kita tinggalkan putri kecil kita, dan mulai bersenang-senang" Tawar Jung Daesung mengulurkan tangannya pada Ara, Ara membalasnya dengan senyuman, dia menuruti suaminya untuk keluar dari kamar.

Mereka berdua berdansa diiringi musik romantis dan lampu temaram sebagai pelengkapnya. sesekali mereka saling melemparkan sebuah senyuman, Daesung menempelkan dahinya pada dahi Ara.

"Aku mencintaimu" Pipi Ara bersemu, dia menjauhkan wajahnya dari Daesung dan menundukan kepalanya. "Aku juga mencintaimu" Lirihnya dengan suara pelan, tapi Daesung masih bisa mendengarnya. Daesung terkekeh dan membawa Ara dalam dekapannya.

Tiba-tiba suasana berubah menjadi panik, bell tanda peringatan berbunyi dengan nyaring, kapal yang mereka naiki menabrak karang besar dan akan tenggelam sebentar lagi, Semua orang yang ada didalam kapal berlarian menyelamatkan diri. Daesung menyuruh Ara untuk mencari tempat yang aman sedangkan dia berlari menuju kamar dimana Yein tidur.

Benda-benda berjatuhan karena posisi kapal semakin miring, dan itu membuat Daesung kesulitan. Tapi dengan usahanya dia bisa memasuki kamarnya dan betapa terkejutnya dia melihat Yein kecilnya sedang menangis karena kakinya tertimpa lemari besar. Dia berusaha mengapai Yein,tapi semuanya terjadi begitu cepat. Kapal yang mereka tumpangi tenggelam dan menenggelamkan semua penumpang.

Yein duduk dengan tenang dibalkon kamarnya membiarkan angin berhembus menyapa rambutnya yang tergerai, airmatanya menetes melewati pipinya tanpa bisa dia tahan. Ingatan itu terus berputar, ingatan dimana dia kehilangan kakinya.

Ara terus berteriak histeris melihat putrinya berbaring dengan lemah diranjang rumah sakit, dia bahkan tidak memperdulikan tubuhnya yang penuh luka. Daesung yang berada disamping Ara hanya bisa mendekap istrinya itu mencoba untuk menenangkannya.

"Bersyukurlah putri anda selamat, kami bahkan tidak perlu memotong kakinya yang membusuk, hanya saja---" Daesung terus menenangkan istrinya dan menunggu dokter yang ada didepannya ini melanjutkan ucapannya. "Karena kakinya tidak segera diobati dan membuat bakteri bersarang dikakinya. putri anda akan lumpuh dalam jangka waktu yang lama"

Ara tidak sanggup lagi mendengarnya, kepalanya sangat sakit dan semuanya berubah menjadi gelap.

Bahu Yein bergetar, airmatanya turun semakin deras, Ingatan itu terus berputar, ingatan saat dia masih kecil dan tidak mengerti apa-apa, tapi mereka terus mencela Yein.

"Lihat gadis itu! dia lumpuh, aku tidak mau bermain dengannya" Ucap seorang gadis kecil berkepang dua menatap sinis Yein yang hanya duduk menunduk dikursi rodanya mencoba menahan air matanya.

Yein kecil hanya menundukan wajahnya, dia terisak, Hidungnya memerah. mata bulatnya mengerjap lucu ketika melihat wanita yang ada didepannya mengusap airmatanya dengan lembut.

"Ibu akan mengantarmu kekelas"

Yein memejamkan matanya, mencoba menghentikan laju airmatanya, dia menghembuskan napasnya. Ingatan itu terus berputar walaupun Yein sudah berusaha untuk menghentikannya.

Yein bersimpuh dilantai karena dorongan Hyeri yang membuatnya terjatuh dari kursi rodanya, dirasanya belum cukup Hyeri kemudian menumpahkan jusnya ke atas kepala Yein.

"Lihat! dia sudah seperti gelandangan, bagaimana bisa sekolah elit ini menerima siswa yang tidak berguna dan cacat seperti dia" Yein mengepalkan tangannya,mencoba untuk menahan emosinya, ingin sekali Yein berteriak pada mereka, mengatakan bahwa sebenarnya Yein pun tidak ingin cacat seperti ini! Kenapa mereka terus menghakimi Yein seakan Yein adalah mahluk pendosa yang jika siapapun mendekat padanya akan terkena kutukan. Bisakah mereka merasakan rasa sakit yang Yein rasakan?

"Berhenti menganggunya" Yein mendongak melihat pria yang sedang berdiri membelakanginya, setelah selesai berbicara pada Hyeri pria itu kemudian membalikan badannya, dia mengangkat Yein,kembali mendudukan Yein di kursi rodanya. Yein tersenyum malu dan mengumamkan kata terimakasih, pria itu tersenyum dan mengusak rambut Yein. Sejak saat itu hari-hari Yein penuh dengan keceriaan.

Yein tersenyum sendu, Kim Seokjin. Nama pria itu adalah Kim Seokjin, dia selalu menjadi yang pertama bagi Yein. Dia adalah Orang Pertama yang menjadi temannya, orang pertama yang membuatnya tersenyum, dan orang pertama yang mencuri hati Yein.

Jin berhenti mendorong kursi roda Yein saat mereka sudah berada didepan sebuah danau, dia memeluk Yein dari belakang dan membisikan kata-kata manis membuat pipi perempuan yang ada didepannya itu semerah tomat.

Yein menoleh kebelakang ketika dia tidak merasakan tangan Jin yang memeluknya, dia mengerutkan keningnya ketika tidak melihat Jin dimanapun. Dia meneriakan nama Jin tapi pria itu tidak muncul juga, Yein tersentak ketika melihat sebuah kalung yang berkilauan didepannya. Dia mengerucutkan bibirnya ketika melihat Jin ada didepannya dengan senyum polos yang menawan.

"Kau membuatku takut , jangan tinggalkan aku" Yein menatap Jin dengan mata yang berkaca-kaca, Jin yang melihat itu langsung membawa Yein dalam dekapannya.

"Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu"

Mereka bahagia, sangat bahagia. siapapun yang melihat mereka pasti akan Iri. Tapi itu tidak bertahan lama, lagi-lagi takdir tidak memihak Yein.

Malam ini adalah malam kelulusan angkatan Jin, pihak sekolah membuat pesta yang sangat meriah seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan malam ini malam yang istimewa untuk Yein , dia dandan sangat cantik malam ini karena permintaan Jin. Tapi sampai acara ingin dimulai Jin masih belum menampakan batang hidungnya, membuat Yein bergerak gelisah diatas kursi rodanya. Dimana dia? Yein mencoba menghubungi Jin tapi ponselnya tidak aktif , Yein mengigiti kukunya gelisah.

"Jung Yein?" Yein menatap orang yang ada dihadapannya dengan pandangan bertanya, "Aku Joy, teman Jin. Aku ingin memberitaukan sesuatu padamu" Joy menghela napas sebelum melanjutkan Ucapannya, "Tadi keluarga Jin menghubungiku, mereka mengatakan bahwa Jin meninggal karena kecelakaan saat menuju kesini"

Yein menggigit bibirnya dengan keras hingga membuat dia sendiri bisa merasakan darah yang keluar dari bibirnya karena gigitan itu. Banyak pertanyaan yang bersarang pada kepala Yein,

Apa yang salah dengan hidupnya?

Kenapa takdir selalu saja tidak berpihak padanya?

Kenapa takdir mengambil Jin secara paksa?

Kenapa dia selalu menderita?

Apakah dia tidak pantas bahagia?

Kapan kebahagiaan itu menghampiri hidupnya?

Bisakah airmata kesedihan ini bisa menjadi airmata kebahagiaan?

*To Be Continue*

Tears Of Happiness [REPUBLISH-PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang