Jungkook membanting berkas perusahaan dengan keras dimejanya, dia menatap sangar dua orang yang sedang menunduk didepannya.
"Kenapa kau bisa melakukan kesalahan ini?!" Bentak Jungkook membuat dua orang itu makin menunduk takut.
"Tapi pak itu hanyaa---"
"Apa? kau mau bilang ini hanya kesalahan kecil? kesalahan kecil ini bisa membuat bangkrut perusahaanku, kau tau?!" Jungkook menggebrak mejanya, ingin rasanya dia memukul kepala dua orang yang ada dihadapannya ini.
"Kenapa hanya diam? kalian ingin aku pecat?!" Kedua orang itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, mereka bingung dengan sikap bosnya hari ini, dia bahkan memarahi mereka hanya karena warna pulpen yang berbeda, Apa warna pulpen bisa membuat perusahaan megah ini menjadi bangkrut?
"Apa aku mengganggu?"
Fokus ketiga orang itu teralihkan pada gadis yang sedang berdiri disamping pintu, gadis itu berjalan dengan anggun kearah mereka, membuat Jungkook mengisyaratkan kedua orang itu pergi dari ruangannya, dan tentu saja langsung dipatuhi oleh kedua orang itu, mereka tidak ingin terkena omelan dari pak bosnya lagi kali ini.
"Kau terlihat sangat kacau Jungkook-ie? ada apa? bukankah kau seharusnya senang karena sudah bertemu Yein?"
Irene duduk disalah satu sofa yang ada ruangan Jungkook, Jungkook mengikuti langkah Irene dan duduk disampingnya, dia menyenderkan kepalanya dibahu kakak perempuannya itu, sekedar untuk melepaskan rasa lelahnya sebentar.
Jungkook merasa kisah cintanya dengan Yein tidak berjalan mulus seperti orang lain, mereka bahkan baru merasakan kebahagiaan karena Yein sudah lepas dari masa lalunya dan sekarang timbul masalah baru karena teror itu.
Dia sangat pusing hari ini, bayang-bayang Yein terus mengganggu pikiran Jungkook membuat Jungkook tidak fokus pada pekerjaannya, sebenarnya Jungkook merasa bersalah tadi karena telah menumpahkan semua amarahnya pada kedua karyawannya itu.
"Apa ada masalah dengan Yein?" Jungkook menggangguk, "Maukah kau cerita pada noona-mu ini?"
"Kau taukan akhir-akhir ini Yein sering sekali teror?"
Irene mengangguk, "Ya, itu alasan kau memintaku untuk menemaninya"
"Saat aku pulang dia langsung cerita padaku kalau dia sudah menemukan siapa pelaku teror itu" Ucap Jungkook.
Jungkook menghela napasnya, dilihat dari caranya bernapas, Irene tau bahwa adiknya sekarang sangat kacau.
"Dia bilang itu adalah Im Hyeri, aku tentu saja tidak percaya, maksudku ini sangat tidak masuk ak--"
"Tunggu, Im Hyeri? Siapa dia?"
"Model iklanku"
Jungkook kemudian memperlihatkan foto Hyeri pada Irene, Irene menyipitkan matanya melihat foto itu, dia seperti pernah melihat gadis itu, tapi dimana?
"Wajahnya sangat tidak asing bagiku" Ucap Irene, membuat Jungkook menyeritkan alisnya. "Kau kenal dengannya?" Irene menggeleng, "Tidak, tapi sepertinya aku pernah melihatnya"
"Dimana?" Tanya Jungkook, mungkin ini bisa menjadi titik terang bagi Jungkook.
"Entahlah, aku akan mencoba mengingatnya nanti"
Jungkook menghela napasnya, kemudian melanjutkan cerita yang sempat terpotong, sedangkan Irene hanya menjadi pendengar setia adiknya itu, gadis itu terlihat sangat serius mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Jungkook.
"Pantas saja Yein marah, akupun akan begitu jika menjadi Yein, memangnya siapa yang tidak terluka disaat suaminya tidak mempercayainya? tidak ada Jungkook." Irene memukul kepala Jungkook, ketika sudah mendengar semua cerita Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Happiness [REPUBLISH-PRIVATE]
FanfictionSiapa yang tidak mau menjadi Jung Yein? berparas cantik, terlahir dari keluarga yang sangat menyayanginya, dan memiliki suami yang tampan bak pangeran dari negeri dongeng. Bukankah semuanya sempurna? Ya, tentu saja semuanya sempurna jika saja dia bi...