.
.
.
Suara tawamu, hal terbaik di dunia.
-x-
Ketika Sehun sampai di garasi bekas itu ("Bengkel kerja," kata Huang Zitao), ia melihat kerangka Audi lamanya. Maksudnya benar-benar hanya kerangka. Bahkan joknya saja tidak ada.
"Aku memereteli spare part-nya untuk percobaan," Zitao menjelaskan singkat.
Sehun mengangguk-angguk acuh. Di sebelah kerangka Audi-nya, ia melihat Jaguar milik Luhan yang setengahnya rusak parah setelah menggores dinding lapangan parkir. Luhan lolos tanpa cedera, tapi akan butuh waktu setidaknya dua minggu untuk memperbaiki tampilan gagah mobilnya seperti semula.
Zitao adalah dealer, bandar, sekaligus montir utama dan satu-satunya dalam balapan. Semua mobil yang rusak akan diserahkan padanya. Orang-orang mempertaruhkan sejumlah uang, entah sebagai pemain atau pendukung, untuk mengali-lipatkan angkanya. Arena balapan juga menjadi tempat mencari adrenalin dalam kehidupan yang membosankan. Bagi segelintir orang, balapan ini masalah harga diri.
Sehun tidak punya alasan khusus. Ia membiarkan Zitao bertaruh untuknya—dengan balasan Zitao merawat rutin mobil-mobil yang dikendarainya. Keadaan ini lebih menguntungkan Zitao, karena Sehun hampir selalu menang tanpa lecet berarti. Sebelum Sehun bergabung, Luhan adalah satu-satunya pebalap yang diunggulkan, yang berarti sekarang hubungan keduanya tidak begitu baik.
Karena itulah, melihat Jaguar ringsek itu, Sehun tersenyum.
"Luhan tidak akan memakainya untuk balapan nanti malam," Zitao berkata sambil menunjuk Jaguar itu dengan kunci pas. "Dia mengendarai Aston Martin sekarang."
"Oh."
"Kau lihat mobil di depan?"
Sehun menoleh ke arah VW Bettle kuning pucat di depan garasi yang ditunjuk Zitao. "Mobil kerdil itu jelas bukan Aston Martin."
"Tentu saja," balas Zitao tajam, seolah Sehun baru saja menghina ibunya. "Itu mobil temanku. Tolong ajak dia test drive. Aku ingin tahu apakah ada masalah dengan mesinnya. Sebagian Audi-mu ada di sana."
Sehun mendelik, tidak terkesan. "Teman perempuan, kan? Tidak ada laki-laki yang mau kelihatan mengemudikan Bettle. Dan, hei, kau merendahkan Audi ke level Bettle?"
Zitao tampak seperti ingin melemparkan kunci pas di tangannya ke hidung mancung Sehun. "Kau mengemudi, aku memperbaiki. Ada masalah?"
Sehun cukup tahu bahwa kemampuan bela diri Zitao hampir sama bagusnya dengan kemampuan mekanisnya, jadi ia mengambil kunci VW Bettle dari gantungan paku di dekat pintu garasi tanpa protes dan membawa mobil itu ke jalan.
Sehun berputar-putar di sekitar Apgujeong Rodeo yang ramai. Bangunan-bangunan persegi berjajar rapat, sebagian besarnya adalah butik dan toko busana. Pejalan kaki bermantel warna gelap sibuk berlalu-lalang dengan menjinjing kantong-kantong belanjaan bermerek. Pemandangan itu mengingatkannya bahwa musim gugur sudah dekat.
Sehun berhenti di depan sebuah toko dan menoleh dari jendelanya. Tiga pasang sepatu hak tinggi dan dua tas tangan dipajang di etalase kaca untuk mengundang pengunjung. Ia tidak bergeming di tempatnya sampai kesadaran itu datang—Oh Sehun, laki-laki, mengendarai VW Bettle kuning, berhenti di depan toko busana, mengamati sepatu wanita. Seandainya ia bertemu seseorang yang dikenalnya di sini (katakanlah, Chanyeol) reputasinya hancur sudah.
Tapi, itu tidak cukup untuk membawanya pergi dari sana. Malah, Sehun mematikan mesin mobil dan turun, lalu berjalan ke dalam toko itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Racy Lady
Fanfiction[trilo(ve)gy 2--for you who don't believe in love] Tidak ada kebaikan cuma-cuma di dunia ini. Semua manusia terhubung dengan satu sama lain karena kebutuhan, bukan perasaan--apalagi hal seabstrak cinta. Oh Sehun sudah membuktikan hal ini sendiri...