.
.
.
Jika memang, rasa sakitnya setimpal
-x-
Hanna baru selesai bersiap-siap untuk memulai shift-nya saat Yubin memasuki ruang ganti dan berkata, "Kau dipanggil ke sarang atasan kita tercinta."
Hanna mengerjap padanya, lalu mengangkat bahu dan pergi ke ruang kantor Hayoung di lantai dua. Di sana ia sudah ditunggu si penghuni kantor sendiri, manajer seniornya Lee Seungwon, dan seorang staf laki-laki dari bagian manajemen hotel.
Hayoung tersenyum lebar ketika Hanna membuka pintu dan membungkuk sedikit untuk memberi salam. "Silakan duduk, Song Hanna-ssi."
Hanna duduk di sebelah staf hotel di sofa. Hayoung duduk di sofa tunggal di kepala meja, dan manajer seniornya duduk di hadapan si staf hotel.
"Ini dia Hanna yang dimaksud," Hayoung melanjutkan percakapan entah apa yang mereka lakukan sebelum Hanna muncul.
Hanna melihat resume-nya ada di tangan staf hotel yang kemudian menoleh padanya dan berkata, "Kau menamatkan tiga tahun pendidikan di bidang perhotelan dan menjalani satu tahun masa kerja praktik sebelum menjadi pegawai kontrak selama tiga tahun terakhir?"
Semua itu sudah jelas tertulis di resume-nya, tapi Hanna menahan komentar 'ya iya lah' yang nyaris melompat dari bibirnya dan mengangguk sopan.
"Kau mengerti sistem kerja manajemen?"
"Secara teori," jawab Hanna.
"Dia bisa belajar dengan cepat," Hayoung menambahkan. Lalu sambil menatap ke arah Hanna, ia berkata, "Mulai hari Senin depan, kau akan bekerja di bawah arahan Park Jihoon—"
Hanna sontak tertawa ketika mendengar nama itu. Ketiga pasang mata menatapnya bingung, dan ia segera mengatupkan mulutnya dan berdeham. "Maaf."
"Jadi, kau akan bekerja di bawah arahan Park Jihoon-ssi sebagai asisten manajer junior."
Park Jihoon, si staf hotel itu, tersenyum sopan pada Hanna dan mengulurkan tangannya, yang Hanna sambut dengan menjabatnya. "Mohon bantuannya," katanya.
Setelah pembicaraan selama setengah jam mengenai detail-detail pekerjaannya, Hanna kembali ke ruang ganti, di mana Yubin sudah menunggunya dengan tampang penasaran akut.
"Apa, apa? Kenapa kau dipanggil?"
"Aku dipromosikan."
Jeda singkat sementara Yubin mencerna berita baru itu—karena Hanna menyampaikannya dengan sangat datar. "HAH! Kau dipromosikan? Selamat!"
Yubin memeluknya dan mereka melompat-lompat dua putaran. Mau tidak mau Hanna ikut terbawa keceriaannya.
"Asisten manajer junior," Hanna memberitahu. "Katanya. Tapi kerjanya sama saja. Aku harus mengawasi pekerjaan sehari-hari dan membuat laporan, bedanya aku tidak perlu bolak-balik sendiri. Dengan kata lain, aku bisa duduk di kantin dan menyuruh-nyuruhmu."
Yubin pura-pura mencibir. "Maaf saja, Bos, tapi kau bisa cium bokongku."
Hanna mengulum senyum, memukul pelan lengan temannya.
"Gajimu," celetuk Yubin, kedua mata berkilat-kilat bersemangat. "Gajimu naik berapa banyak?"
"Satu setengah kali."
Yubin membuat suara 'ooh' dramatis. "Song Hanna, kau harus mentraktirku masakan hotpot di restoran Cina yang baru itu atau kau akan mati."
Hanna tertawa ala Sinterklas. "Kerja dulu, atau gaji baruku akan melayang sebelum aku sempat menerimanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Racy Lady
Fiksi Penggemar[trilo(ve)gy 2--for you who don't believe in love] Tidak ada kebaikan cuma-cuma di dunia ini. Semua manusia terhubung dengan satu sama lain karena kebutuhan, bukan perasaan--apalagi hal seabstrak cinta. Oh Sehun sudah membuktikan hal ini sendiri...