Chapter 6

9K 1K 174
                                    

.

.

.

Apakah dunia, baik-baik saja tanpamu?

-x-


Sehun sama sekali tidak siap dengan kejutan yang didapatkannya ketika ia membuka pintu rumah dan melangkah ke halaman; kejutan tak diharapkan berupa semburan air yang telak menyerang wajah mengantuknya.

"Astaga!" Ia mendengar Hanna memekik panik. "Ma-maaf! Aku tidak sengaja!"

Sehun mengerjap-ngerjap, matanya perih karena air yang masuk ke dalamnya. Seluruh bagian atas kausnya dan rambutnya basah kuyup. "Apa-apaan ini?" tanyanya.

"Halamanmu kelihatan kering, jadi aku menyiramnya." Suara Hanna semakin mengecil di akhir, lalu ia menyeringai canggung. "Eh... kau baru bangun, kan? Anggap saja, hmm, itu untuk menyegarkanmu."

Sehun mengusap wajah basahnya dengan dua tangan. "Aku lebih suka mandi di dalam, tapi terima kasih."

Hanna mematikan keran air dan melempar selang sembarangan di halamannya. "Cepat masuk dan mandi," katanya. "Aku baru akan membuat sarapan. Kau suka panekuk?"

"Sarapan? Jam segini?"

"Adikku sedang menginap di rumah temannya dan aku libur, jadi aku bangun lebih siang hari ini," jelas Hanna. "Kalau kau sudah selesai mandi, datanglah ke sini."

"Kau bisa memasak di rumahku saja," balas Sehun. "Aku akan membantumu."

"Baiklah," Hanna menyetujui tanpa ragu. "Aku akan ke sana sebentar lagi. Sana, pergi mandi."

"Tidak perlu disuruh dua kali," Sehun menggumam seraya berjalan ke dalam rumahnya, ujung rambut menetes-neteskan air di lantai. Ia merasa seperti semak mawar Hanna yang belum berbunga.

Setelah mandi dan berpakaian, Sehun turun ke bawah. Samar-samar ia mendengar lagu dari arah dapur dan menemukan Hanna di sana, bergerak ke kiri dan kanan sambil mengaduk sesuatu di dalam mangkuk besar dan tampak sangat menikmati keberadaannya sendiri.

Ketika melihat Sehun, Hanna melambaikan pengocok telur yang digunakannya untuk mengaduk. Lagu yang didengar Sehun berasal dari ponsel Hanna yang diletakkan di atas meja konter dapur. "If I was you, I'd wanna be me too," ia bernyanyi riang. "I'd wanna be me too, I'd wanna be me," ia berputar, "too." Hanya bagian reffrain itu saja yang diulang-ulangnya.

Sehun mendengus. Gadis itu benar-benar aneh, dalam artian menyenangkan. "Apa yang bisa kubantu?"

"Potong-potong dadu stroberinya." Hanna menunjuk papan potong, pisau, dan sekotak stroberi di ujung meja. "Aku akan mencampurnya dengan madu. Oh, aku suka lagu ini." Lalu ia bernyanyi lagi, "I eat my dinner in my bathtub, then I go to sex clubs, watchin freaky people gettin it on."

Bahasa Inggris bercampur aksen Korea Hanna yang kental membuat Sehun tertawa, tapi gadis itu malah sengaja meninggikan suaranya.

"You're gone and I gotta stay high all the time, to keep you off my mind," Hanna membuat mimik wajahnya seaneh mungkin seolah menghayati lagunya. "High all the time, to keep you off my mind."

Sehun harus meletakkan pisaunya kembali untuk memegangi perut.

"Spend my days locked in a haze, tryna forget you babe, I fall back down." Ketika berusaha mencapai nada tinggi, suara Hanna pecah dan ia terbatuk sedikit, tapi ia melanjutkan dengan penuh percaya diri, "Gotta stay high all my life to forget I'm missing you."

Ketika lagu itu selesai, kedua tangan Sehun gemetar karena terlalu lama tertawa.

"Oh, tenggorokanku sakit," Hanna mengeluh sambil memegangi lehernya, lalu meraih gelas dari lemari kaca dan mengambil air minum. Ponselnya sudah berganti memutar lagu Female President dari Girl's Day.

Racy LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang