first : kepingan luka

476 17 11
                                    

Aku duduk termangu. Iris mataku menatap nanar kursi sebelah yang tidak berpenghuni. Cafe itu tampak sepi,hanya ada satu-dua orang yang lalu lalang. Satu gelas ice drink sudah raib lima menit yang lalu. Aku kembali memandang pintu masuk-keluar berlapis kaca setebal lima mili itu masih tidak bergeming. Lonceng yang berada di atas pintu tidak berbunyi gemrincing sedikitpun. Aku mendesah pasrah di kursi no. 21 sebelah bar tender . Tanganku mengibas ke arah pelayan yang berdiri dibalik bar tender. Ia mendekat ke arah kursiku.

         "Ada yang bisa dibantu,mbak?" pelayan itu melempar senyum,sedang tangan kirinya merogoh saku rok untuk mengambil pulpen. Tampaknya dia kidal. Namun,Aku tidak punya cukup waktu untuk membahasnya. Aku membaca daftar menu,dua jam menunggu membuat cacing di perut berdemo sedari tadi. "Aku pesan orange jus dan spagethy." Pelayan itu mencatat,lalu berlalu pergi.

     Handphoneku bergetar. Seulas senyum merekah disudut bibir soft pink ku. Secarik nama itu tidak asing bagiku. Ia yang menjadi alasanku menunggu selama ini.  Sekalipun menunggu itu hal yang paling aku benci dimuka bumi ini. Tapi demi dia, aku rela menunggu hingga bosan.

Rangga: maaf sayang. Aku harus nganter mama aku ke rumah sakit.

Read

    Nafasku melengos panjang. Aku tahu ini bodoh,tapi cinta yang membuatku seperti ini. Rangga berubah sebulan yang lalu. Dia menjauh perlahan dari sisiku yang baru ku sadari seminggu terakhir. Aku masih berkutat pada makanan yang ku pesan. Handphone ku kembali bergetar. Sebuah panggilan masuk. Kali ini, Mataku menatap malas layar ponsel.

"Apa lagi sih,rangga?"

"Rangga,,,Rangga,,ini mama."

     Aku menjauhkan ponsel itu dari daun telingaku sebelum gendang telingaku rusak. Mama sudah meraung marah.

"Eh,,mama.maaf?"

"Sekarang kamu di mall sebelah kantor mama kan?"

"Iya."

"Beliin belanja bulanan."

"Lah?"

    Panggilan diputuskan. Ini emaknya siapa?ribet amat. Aku menyudahi suapan terakhirku dengan sesendok jamur kancing. Tanganku meraih sling bag lalu pergi keluar cafe yang masih dalam kawasan mall perbelanjaan terbesar di titik kota surabaya. Langkah ku terhenti di depan lift. Mulutku ternganga lebar."Rangga?"

Tepat didepan retina mataku yang mengerling,aku mendapati kekasih yang selama ini selalu setia sekarang berjalan dengan wanita lain bahkan jemari mereka saling bertaut.
Aku mematung dalam posisiku tanpa ingin merombaknya sejengkal pun,rahangku keras dan mataku memerah berusaha menahan air mata. Menyadari kehadiranku ditengah-tengah kemesraan mereka,rangga menoleh dengan tatapan shock. Dia melepaskan genggamannya lalu melaju ke arahku,aku tersenyum penuh kemenangan. Rangga mendekatkan wajahnya tepat diwajahku,aku gemetar. Jarak kita mungkin hanya sesenti,aku sulit mengatur deru nafasku. Dia membuka kedua bibirnya perlahan tepat di kedua bola mataku.

" kita putus."

Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat. Rasanya ulu hatiku terluka keras penuh sayatan,aku sudah kalap dan tidak bisa mengontrol emosi.

"Lo nggak lebih dari cowok bodoh yang nggak tahu caranya menghargai cewek yang selama ini tulus mencintai lo,gue bahagia bisa putus dengan lo." aku mendorongnya berulang kali tanpa ampun."Masa bodo.dia itu feminim,nggak kayak lo urak-urakan kayak preman pasar."

FREAK [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang