Twenty Seven: Secercah harapan

37 4 0
                                    

Pengumuman!

Beberapa chapter lagi,babang reyhan dan neng meysa bakal wassalam.
Jadi silahkan berbaper untuk yang terakhir kali mungkin.hehe

Sudut mataku mengembun dengan air mata yang menitik diantara bulu mata bawah,dunia berhenti berputar atau aku yang mematung.didepan retina mataku terpampang sebuah koper dan figur yang tampak kaku.
Seulas senyum mengakhiri pertemuan,dia melangkah pergi ke arah taksi yang bertengger di depan rumah dinasnya.

"Aku pergi dulu?" suara serak yang kentara itu menggetarkanku.

Aku sendiri bingung,betapa dulu aku ingin menjauh darinya dan hanya menjadikannya bahan cemburuan.
Kini,dia pergi mungkin untuk satu, dua tahun atau bahkan selamanya.
Aku berlari mendekapnya erat.

"Maaf?" kata itu mengambil celah dari kedua bibirku yang terkatup rapat.
Dr.kenzie melepas dekapan itu lalu tangan kokoh itu mengusap pipiku yang bersimbah cairan bening.

"Aku tahu,semuanya!" jantungku terhentak,aku bahkan belum membuka mulut pada siapapun atau sekedar mengeluh minta putus.dia senyum kembali dan menaikan daguku ke arah reyhan yang terpaku memandangku kosong.

"Dia masa depanmu!" dr.kenzie berbisik memastikan tidak ada yang mendengar selain aku.alisku bertaut,
Bahkan tanpa ada kata yang terucap dr.kenzie tahu perasaanku.

"Masa bodoh!" aku kembali kedalam rengkuhannya,ku lirik reyhan yang menahan nafas membiarkanku merasakan kenyamanan yang aku sia-siakan dan tidak akan kembali untukku dalam keadaan yang sama.mungkin saja dia sudah menemukan cinta yang tak menyakitkan.

Dr.kenzie merogoh saku celana jeans,mencari benda kecil yang terselip di lekukan celana.aku menggigit bibir bawah yang bergetar karena isakan tangis yang mengalir.aku mengulur tangan saat dr.kenzie menemukan benda kecil disakunya.

"Jaga baik-baik!" aku melihat benda yang terkurung digenggamanku,dan sebuah gelang rajutan melingkar mampu membuatku tertegun sekian detik lamanya.

"Ish,,kok nangis sih?" dr.kenzie terkekeh menatap wajahku yang terlampau pucat,lebih putih dari tembok rumah reyhan.aku bungkam menahan gejolak memburu dari hatiku."apaan sih?"dr.kenzie mengacak rambutku asal,semakin membuatku ingin mati saja.

"Sudah,mesra-mesraannya?" suara itu begitu keras menggetarkan gendang telinga,andai saja aku ada di samping reyhan mungkin telingaku sudah tuli.

"Lo,diem!"

"Pesawatnya bentar lagi take-off.aku pergi ya?jaga diri dan jangan berhenti berjuang.aku akan kembali?"dia raib dari sorotan mataku,hilang bersama helaan nafas kasar yang tertahan sejak lima detik yang lalu.dia sama sekali tidak menjelaskan semua.

Reyhan mencolek pundakku untuk bergurau yang mungkin menurut pemikiran dongkolnya,aku bahagia.
" tumben nangis?",pertanyaan bodoh itu terlontar manis dan memaksa daun telingaku mendengarnya.

"Ada ya orang kayak lo,hidup?"aku mendengus kesal dengan gondok yang menghimpit udara pada rongga hidungku.reyhan menghapus cairan putih itu dengan jarinya,perlahan.
Hampir saja tubuhku ini terhuyung ke arahnya jika tidak segera tertahan.

"Perempuan kayak lo nggak pantes nangis,ralat.maksud gue cowok!"
Reyhan terpingkal- pingkal melihat raut wajahku yang uring-uringan,dia tanpa aba-aba menggandeng tangan milikku ke mobil,ralat ditarik.

Kapan sih lo tahu gimana caranya menghargai perempuan?walau gue tomboy bukan berarti gue nggak punya perasaan.kata itu tertahan dibalik bibirku yang terkatup raoat,
Dan mungkin sedikit musik bisa merubah atmosfer beku.aku memutar musik pada ponsel dengan keras.
tidak peduli dengan cicitan reyhan.

FREAK [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang