Ehem,,
Oke,selama 10 bulan ini saya selaku penulis sudah berjuang untuk memberi rasa,cinta dan fokus saya sama meysa dan reyhan *maklumjomblo*.dan dengan amat berat aku akan mengakhiri kisah kasih si tomboy dan si resek.Sebenarnya saya masih sayang sama anak pertama saya*berasaemakemak*, tapi ini yang terbaik. Semoga saya bisa brojolin anak yang lebih baik dari mereka.Saya udah ngambil keputusan dan semoga ini yang terbaik.siapin tisu,kalau nggak ada pinjem tetangga atau pacarnya tetangga*ups*.duduk manis dan keep reading.-------
Jam dinding bundar diatas gorden hijau itu tampak berdetak tepat di angka 12 siang,aku datang dengan sebuah kantong kresek hitam yang mungkin dari bentuknya sudah dapat ditebak kalau ini bubur ayam.Tapi ines mengilah,dia berpindah ke kursi roda dan menggunakan jemari miliknya untuk memutar jeruji roda itu agar jalan menjauh dariku.ines tersungkur jatuh sebelum menempatkan diri di kursi roda yang akhir-akhir ini jadi alat yang terpenting untuk hidupnya.
Aku memapah ines kembali ke sebuah kursi besi panjang di samping lampu taman dengan terkulai lemas. Sorot matanya sayu,apalagi tulang pipi yang tampak cekung mulai kelihatan. Aku masih memeggang sebuah tongkat infus yang terhubung dengan selang di punggung tangan,karena ines masih belum sembuh total. Aku tidak yakin,dengan kemampuanku menjelaskan. Bisa saja,lidahku berkilah hingga ines tersinggung atau makin marah. Namun,Aku tak memiliki waktu lebih untuk sekedar bicara hal tidak penting.
"Gue tahu lo benci gue."
"Hmm,,"
"Gue tahu kalau gue menjijikan"
Aku masih memutar manik mataku sembari melengos menarik nafas. Ada terbersit rasa harap-harap cemas.Aku masih memilah kosa kata yang tepat. Keringat dingin bercampur peluh,kini tidak terhindar dari pelipisku. Ines mendengus panjang,lalu jemarinya memutar roda gerigi ke arah ruang ICU. "Tunggu,,,"
jeruji besi yang memenuhi roda itu terhenti. Aku beranjak dari posisi semula untuk menatap kedua biji kelereng besar berwarna hitam,ines. Kini,aku telah berdiri di samping kanannya. Helaan nafas itu lolos serta merta saat sudut bibitku mulai mengembang perlhan.enoleh ke arah tubuhku bersandar di kursi taman rumah sakit. Ia tak juga angkat bicara,bibir mungilnya masih terkatup rapat,"lo harus tahu satu hal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAK [Completed]
أدب المراهقين"Gue nggak sangka ternyata orang yang gue anggap adik,nggak lebih dari seorang pengkhianat?" ~inestasya regina~ "Gue dulu emang suka sama reyhan,tapi gue sadar kalau gue tidak lebih baik dari lo.gue nggak mau sakitin hati lo,ines?" ...