Aku menghadap lurus pantulan cermin besar tepat didepan retinaku menatap,sebuah siluet figur wanita bersanggul cantik,bibir merekah,pipi merona dan mata lentik yang indah.
tak ada pria yang mau mengindahkan pandangan dari dia,kecuali reyhan.
Reyhan yang sudah menarik seulas garis hitam dibawah mata gadis berpakaian kebaya dengan jarik sebagai rok,semalam.sebelum aku menyuruhnya berhenti terisak dan segera terlelap.disamping kananku terdapat ibu dari inestasya regina yang baru saja melakoni perjalanan dari jogja ke jakarta."Kamu cantik." seulas senyum ringan hadir pada secarik bibir merah muda itu,dan aku tahu ada rasa yang tertahan dibalik senyum legit.rasa yang dipicu oleh kehadiranku yang tak pernah mau berhenti menyukai,
selalu tak bisa mengontrol hati.Aku berniat hadir di acara wisuda untuk sekedar mendengar penjelasan dari reyhan sebagai tersangka utama.dan pada detik berikutnya ines mangkir dari posisinya untuk bergegas ke aula kampus,Aku mengikuti derap langkah tak menentunya.di koridor perpustakaan aku mendapati sosok berpakaian formal dengan jas hitam, rambut klimis dan sepatu pantofel.
"Ehm,bu saya mau kesana dulu?" aku sengaja mengalihkan pertanyaan pada ibu ines,karena suasana hati ines cukup sensitif jika aku harus meminta izin untuk menemui mantan kekasihnya.setelah itu,aku berlari kecil menuju ke arah jam 12 tepat reyhan berdiri dengan memainkan handphonenya berulang kali."Ini reyhan?" aku mengitari tubuh reyhan dan sesekali menunduk untuk memastikan keakuratannya.reyhan hanya terkekeh geli dan kembali membenarkan tatanan dasi kupu-kupu miliknya.memang setiap wisudawan diharuskan membawa baju toga yang akan dipakai setelah acara sambutan selesai."kenapa?gue tambah ganteng ya?"sebenarnya emang iya,tapi jujur didepan reyhan itu namanya cari mati dan aku hanya menautkan alis lalu mengganti topik pembicaraan dengan janji reyhan semalam."sekarang gue perlu penjelasan dari lo,soal ines!"
"nanti lo juga akan tahu." dan dia menghilang dari pandangan setelah berhasil membuatku mematung.aku kini memilih ke arah aula kampus saat speaker sudah menggema dengan seruan agar semua tamu undangan dan wisudawan berkumpul di aula.
Acara inti segera dimulai tapi aku tak bisa tenang atau sekedar menghela nafas yang kehabisan oksigen.di fikiranku penuh dengan tanda tanya alasan reyhan mengakhiri hubungannya dengan ines begitu saja,padahal mereka terlihat bahagia.
walau aku tahu 'apa yang terlihat, belum tentu apa yang dirasakan'.
retina mataku beralih pada sorak sorai barisan kursi terdepan saat salah satu dosen di universitas tarumanegara berdiri tegap merengkuh mikrofon.
"Saya selaku dosen di univeraitas tarumanegara akan mengumumkan mahasiswa/mahasiswi terbaik lulusan tahun ini dengan IPK terbaik,,"suara pak rendi terdengar seperti cicitan anak ayam di gendang telingaku.Aku tidak peduli dengan acara ini,
atau tentang teka-teki mahasiswa dan mahasiswi terbaik,toh dia juga bukan artis yang bisa diajak fotbar." Dan mahasiwa/mahasiswi terbaik adalah "
Jemariku merogoh saku dan menarik headsheet yang tersangkut dicelana,
Sebelum kemudian aku menyumpal dirongga telinga sebagai oengusir rasa suntuk.namun,tidak lama aku melihat figur yang kini berdiri untuk menggantikan pak rendi dari posisinya cukup membuat shock.
"Reyhan,ngapain diatas panggung? Dasar nggak punya urat malu."selang beberapa detik,semua mata kini menguliti setiap jengkal tubuhku.
tapi aku masih tidak peduli dengan keadaan yang mungkin sudah sangat menyudutkanku."lah,apaan ini kok pada ngeliatin gue?emang si reyhan pidato apa ngehasut sih?"Lantas,headsheet itu lepas dari daun telingaku yang masih berdengung,dan aku menarik lengan teman kuliahku untuk sekedar bertanya tentang omong kosong yang telah dilontarkan oleh reyhan."Ada apa sih?"dan temanku hanya menjawab dengan nada ketus penuh kekesalan,"maju saja.siapa tahu lo dapat hadiah gitu?"dan bodohnya aku melenggang ke atas panggung bersanding dengan reyhan layaknya di pelaminan pengantin.
"Ini adalah meysa oktaviani,orang yang menjadi penyemangat saya hingga pada detik ini saya bisa berdiri disini sebagai mahasiswa terbaik.itu semua karena dia,,,," aku tertegun dalam keheningan saat denyut nadiku seperti terhentak bersamaan dengan helaan nafas yang tertahan dalam kerongkongan,rengkuhan tangannya makin erat menggengam.
Apa ini jawaban dari pertanyaanku semalam,akulah penyebabnya.aku sendiri yang telah menghancurkan hubungan mereka?,reyhan menatap mataku lekat dengan iris hitam legam yang hampir membuatku runtuh.
"Dia yang membuatku mengerti apa arti cinta sesungguhnya,dan berdebat dengannnya adalah caraku untuk mendekatinya.meysa oktaviani,apa kamu mau jadi pacar ku?",yang terlihat diretina mataku hanya gadis berkebaya merah di ujung kursi depan berlari ke toilet menahan air mata." maaf,aku nggak bisa."air mata itu menggenang dipelupuk mataku.
Aku melepas genggaman reyhan yang tengah mematung lalu berlari ke arah siluet yang sudah menghilang dari pandangan.semua pasang mata menatap langkah memburuku,kini derap langkah kaki itu terhenti didepan pintu toilet wanita paling ujung saat telingaku mendengar suara isak tangis yang tertahan dari balik kedua bibir yang mengatup.
"nes,maafin gue?gue nggak tahu kalau semuanya akan seperti ini?"aku bersandar pada dinding pintu dengan sesekali mengetuk pintu berharap ines keluar."Gue nggak sangka kalau orang yang sudah gue anggap sebagai adik, nggak lebih dari seorang pengkhianat"hanya itu yang dapat ditangkap gendang telingaku."Gue emang suka sama reyhan,tapi itu dulu sebelum gue sadar.kalau gue nggak lebih baik dari lo!",dan ines membuka pintu yang menjulang sebagai pembatas dan tangan itu mendarat dipipiku tanpa aba-aba hingga terasa sedikit memar.
" gue nggak mau kenal lo lagi"aku tercekat dengan kalimat terakhir yang meloloskan hempasan nafas panjang dari bibirku,semua ini bermula dari kebodohanku menaruh cinta pada orang yang salah.aku masuk ke dalam toilet lalu menutup rapat,seketika kakiku runtuh dan meringkuk untuk memudahkan tanganku merengkuh kakiku dalam dekapannya.mataku memicing saat diatas fentilasi terdapat sebuah pisau kecil yang tampak tajam,dan fikiranku buyar."Meysa,lo baik-baik saja?" suara berat itu makin samar terdengar setelah pisau itu aku sayatkan ke pergelangan tangan hingga darah segar itu mengucur deras dibajuku.
mengetahui aku tidak menyahut apapun,reyhan makin kalap dan mulai mendobrak pintu toilet yang sudah terkunci."reyhan,mungkin dengan kepergian gue.lo bisa bersatu sama ines dan gue bisa bahagia disamping Tuhan?""Pergi?" reyhan semakin membabi buta dengan segala cara agar pintu itu terbuka,tapi aku telah bersimpuh menikmati cairan merah yang terus melumuri lenganku.telingaku masih dapat menangkap teriakan histeria dari luar hingga pada detik berikutnya darah itu merenggut kesadaranku pelan.
Hoala!
Post lagi,vomentnya yang kenceng biar Aku tetap semangat.eaaa
sebenarnya agak berat nulis cerita saat prakerin yang kerjaannya bejibun ditambah masalah prakerin dengan segala kesalahpahaman yang nggak kelar-kelar.Eh,malah curcol?
Doain saja semoga semuanya berjalan sesuai rencana.see you next time 😘
Regards
Rafzyanrm
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAK [Completed]
أدب المراهقين"Gue nggak sangka ternyata orang yang gue anggap adik,nggak lebih dari seorang pengkhianat?" ~inestasya regina~ "Gue dulu emang suka sama reyhan,tapi gue sadar kalau gue tidak lebih baik dari lo.gue nggak mau sakitin hati lo,ines?" ...