"Bas, kamu ada apa sih sama Erlang? Kalian berantem? Kok diem-dieman gitu?" tanya Kinan padaku.
Kami berdua sedang cuddling di atas kasurku. Oh ... jangan heran soal ini, kami berdua sering kok cuddling sebelum tidur. Kami juga sering tidur bersama. Jadi sudah biasa jika kami seperti ini.
"Nggak papa, gue sebel aja sama dia," jawabku dengan bibir mengerucut.
"Loh sebel keno opo, tho? Katanya dia udah bilang cinta sama kamu. Terus kamu juga sering mimpiin dia, sampe ngigau-ngigau gitu. Kamu juga cinta sama dia, kan?" tanya Kinan dengan kening berkerut dalam.
Tangan kanan Kinan mengelus rambutku. Posisi kami saling berhadapan. Lenganku memeluk pinggang Kinan. Sementara lengan Kinan yang kiri kujadikan sebagai bantal.
"Nggak tahu, Nan. Gue belum yakin aja sama dia. Gue mau, Erlang cuma jadi milik gue. Tapi saat ini Erlang masih suka seneng-seneng, entah itu sama cowok atau cewek lain. Gue belum siap sakit hati."
"Kamu tahu dari mana kalo Erlang itu suka gonta-ganti pasangan?"
Aku memindahkan tubuhku menjadi telentang, menerawang menatap langit-langit kamarku. Pemandangan langit malam yang penuh bintang terasa seperti nyata. Aku dan Kinan seperti sedang tidur di hamparan tanah lapang menatap langit bertabur bintang.
Semua itu hanya ilusi proyeksi yang aku buat untuk menghiasi kamarku saja. Saat malam, atap kamarku akan terlihat seperti langit penuh bintang sedangkan saat siang akan seperti langit cerah penuh dengan gumpalan awan putih.
"Kemarin gue ngelihat dia ketawa mesra sama salah satu model iklan pendatang baru. Waktu di Singapore gue telpon dia, gue denger ada suara cewek di belakangnya. Dan dia bilang habis end up sama tuh cewek. Terus tadi sore, gue lihat dia foto rangkulan gitu sama cowok di salah satu cafè. Erlang itu cowok flamboyan. Banyak yang suka sama dia, gue nggak tahan kalo perhatian dia harus terbagi sama orang lain. Belum jadian aja gue udah sakit hati gini, apalagi nanti?"
"Ceileh ..., kamu posesif banget yo? Erlang belum jadi pacarmu aja, kamu udah cemburu buta gitu!" ujar Kinan sambil mencubit hidungku gemas.
"Apa sih Babe? Sakit tahu hidung gue lo pencet-pencet gitu!" Kinan hanya terkekeh mendengar gerutuanku.
"Kamu ndak usah mikir yang macem-macem soal Erlang. Selama kamu belum dapat bukti yang jelas kalo dia suka gonta-ganti pasangan, berpikirnya yang positif aja!" ucap Kinan sambil menyisir lembut rambutku.
"Iya sih, tapi kenapa lo yakin banget sama Erlang? Gimana kalo ternyata dia nggak sebaik yang lo pikir?"
Kinan mengedikkan bahunya namun matanya menatapku lekat-lekat. "Kalo tak lihat sih, dia orangnya baik. Tapi kalo ternyata feeling-ku itu salah. Aku yang bakal hajar dia kalo sampai dia nyakitin kamu, gampang, kan?"
Kami berdua sama-sama tergelak lalu berpelukan erat. Kinan sudah seperti kakakku sendiri. Usia kami memang berbeda lima tahun. Kinan jauh lebih tua dariku, tapi hal itu tak menghalangi hubungan persahabatan kami berdua. Aku tetap menganggap Kinan sebagai sahabat sekaligus kakak terbaikku.
"Cepet bilang kalo kamu juga cinta sama dia. Nanti kalo Erlang keburu direbut orang lain, nyesel loh! Kan kamu sendiri yang bilang banyak yang suka sama dia," ucap Kinan sambil mengusap punggungku yang masih memeluknya erat.
"Apa lo yakin?" tanyaku yang masih ragu dengan idenya.
"Ndak ada salahnya tho dicoba? Daripada nanti terlambat?" jawabnya dengan senyum meyakinkan.
Aku terdiam sejenak, lalu berujar lirih padanya, "lo bener juga. Ya udah, nanti gue coba."
"Nah gitu dong! Ndak usah dipikirin soal sakit hatinya. Nanti kalo kamu sakit hati, aku yang bakal ngobatin kamu pake jamu beras kencur buatanku," katanya lalu tertawa lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
General Fiction[COMPLETED] _________________________ Ini adalah kisah tentang Bastian Wijayaputra si gay bottom yang sedikit anggun. Juga sahabatnya, Kinanti Ayuningtyas yang keras kepala dan di usianya yang ke 30 tahun belum juga menemukan jodohnya. Mereka berdua...