Chapter 13

6.3K 409 28
                                    

Di multimedia ada cast Darwin.

***

Sudah dua hari ini aku dibuat kesal dengan kedatangan Darwin di kantorku. Aku sama sekali tidak tahu jika dia termasuk dalam salah satu mahasiswa yang magang di Trend Magazine. Ada sekitar tiga orang mahasiswa yang magang di sana.

Mereka ditempatkan di masing-masing departemen yang berbeda dan salah satunya adalah Darwin yang ditempatkan di bagian desain grafis yang sama denganku.

At least, aku harus sering bertemu dengannya. Ditambah lagi, akulah yang bertugas sebagai mentornya selama magang dua bulan di sini. Huh! Menyebalkan.

Sebenarnya Darwin anak yang baik. Dia menyenangkan meski gayanya yang memang sedikit tengil. Tetapi aku tidak suka jika dia terlalu perhatian padaku, sementara aku sudah punya Erlang di sisiku.

Dulu saat pertama kali aku mengenalnya, pernah terbersit perasaan suka. Tetapi semakin mengenalnya, perasaanku padanya tak lebih dari sekadar teman untuk having fun.

Dia juga jauh lebih muda dariku. Sedangkan aku menginginkan sosok yang lebih dewasa dan bisa mengayomi hatiku. Aku tahu jika Darwin itu baik, tetapi jantungku tak pernah berdebar jika bersamanya. Dia bukan sosok yang kuinginkan untuk menjadi pelabuhan terakhirku. Tempat di mana ketika aku pulang, aku akan merasakan kehangatan menyelimuti seluruh jiwaku.

Kemarin waktu di dalam pesawat juga begitu, firasat Darwin tentang berada dalam satu flight yang sama, ternyata memang benar-benar terjadi.

Dan lebih gilanya lagi, ternyata kami berada dalam satu seat dan duduk bersebelahan. Aku berada di tengah-tengah antara Erlang dan Darwin. Rasanya aku benar-benar mati kutu selama berada di dalam pesawat.

Masih teringat jelas dalam ingatanku, Darwin terus saja mengajakku bicara sementara ada Erlang di sampingku dan dengan jelas dia terus menggenggam tanganku. Menunjukkan kepemilikannya atas diriku. Tentu saja aku senang. Hanya saja, aku tidak ingin diganggu oleh kedatangan Darwin saat itu.

"Kayaknya kita emang jodoh, deh. Buktinya kita ketemu terus dari kemarin," katanya yang membuatku memutar bola mata.

Omong kosong! Aku memilih untuk diam saja dan tak ingin membalas perkataannya.

Tetapi Darwin tak ingin berhenti sampai di situ. Dia terus saja bicara sampai rasanya aku ingin mencekiknya agar dia lenyap dari hidupku saat itu juga.

"Kamu liburan ke mana aja kemarin?" tanyanya lagi.

"Cuma dikit sih, ke Tanjung Tinggi, Pantai Kelayang, Museum Kata, Danau Kaolin, Replika SD Laskar Pelangi, Pulau Pasir, itu aja. Kenapa emangnya?"

"Sayang banget, padahal masih banyak tempat bagus yang bisa dikunjungin," jawabnya antusias.

Perlahan Darwin menegakkan duduknya lalu mendekatkan bibirnya dan berbisik di telingaku. "Kapan-kapan, saya ajak kamu ke air terjun Gurok Beraye, tempatnya bagus banget. Tapi cuma berdua ya, jangan bawa bodyguard di sebelah kamu itu."

Erlang langsung berdeham cukup keras. Sepertinya dia mendengar apa yang dibisikkan Erlang padaku. Hal itu pun akhirnya membuatku langsung menegakkan tubuh dan menjauhkan kepalaku dari mulut Darwin. Anak muda itu tersenyum, tetapi sama sekali tak menggubris dehaman Erlang.

"Oh ya, mulai besok saya magang di Trend Magazine loh. Kalo nggak salah, kamu pernah bilang kerja di sana, kan?"

Seketika itu juga aku menolehkan kepalaku padanya dengan cepat. Sampai-sampai Darwin mengernyit melihatnya. Aku sendiri merasa jika leherku hampir patah karena gerakanku barusan. Aku benar-benar sangat terkejut mendengar perkataan Darwin mengenai rencana magang itu.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang