Chapter 12

5.9K 448 96
                                    

Sekitar pukul sepuluh pagi, kami semua akhirnya sampai di Tanjung Kelayang. Setelah sarapan, kami semua langsung meluncur ke sana.

Sebelum memulai snorkeling, sesi pemotretan Abimana dimulai lagi. Kali ini dia mengambil angle terbaiknya di atas batu granit yang berbentuk menyerupai seekor kura-kura raksasa dan burung di tengah samudra.

Erlang dan Abimana terlihat sangat sibuk sekali. Sementara tugasku tak banyak. Aku hanya membantu membawakan kamera cadangan milik Erlang seandainya kamera yang lainnya kurang memuaskan hasilnya. Justru Kinanlah yang terlihat sibuk membawakan pakaian ganti Abimana dan membantunya memilihkan pakaian yang pas, sesuai dengan tema yang dipilih.

Dalam take shot kali ini, Abimana berganti-ganti wardrobe dan dia tidak membawa asistennya ikut serta. Dia justru memanfaatkan tenaga Kinan untuk melakukan itu semua.

Aku heran, untuk apa asistennya digaji kalau hanya makan gaji buta. Sementara di sini, Kinan yang kerepotan menangani kecerewetannya. Beberapa kali mereka selalu berselisih paham tentang segala hal. Seperti sekarang ini, mereka kembali berdebat di depanku untuk yang kesekian kalinya.

"Nanti aja foto di airnya, sesi terakhir, sekarang istirahat dulu. Apa kamu ndak lihat pantainya masih rame pengunjung? Peralatan snorkeling-nya juga terbatas," kata Kinan memberi saran.

"Pokoknya aku mau sekarang! Siang gini gambarnya kelihatan jelas di air dan hasilnya bagus," jawab Abimana tetap ngotot.

"Terus gimana sama Erlang? Tadi aku udah nanya bagian penyewaan perlengkapan snorkeling, alatnya cuma sisa satu aja. Apa kamu mau nyuruh Erlang ambil foto tanpa alat pelindung? Tunggu sebentar bisa, kan?" balas Kinan yang masih mencoba bersabar menghadapi keinginan Abimana.

Abimana mendecak kesal. Erlang yang sibuk menyiapkan kameranya untuk proses pemotretan selanjutnya, hanya terbengong-bengong melihat perdebatan sengit itu.

"Emangnya tempat penyewaannya cuma satu? Kan banyak. Kamu ini bego banget!" sentak Abimana yang membuat Kinan langsung terdiam dengan bibir terkatup rapat.

Detik berikutnya, gadis itu menyentakkan pakaian ganti Abimana yang dipegangnya ke arah dada Abimana dengan sentakan keras, sampai Abimana gelagapan dan terkejut menerimanya.

"Yo wes, sakarepmu! Aku ora ngurus! Aku ndak mau lagi jadi asistenmu!!" bentak Kinan yang langsung berbalik pergi meninggalkan Abimana yang terkesiap kaget melihat mata Kinan berkaca-kaca saat marah. Beberapa pengunjung yang berada di sekitar mereka, ikut menyaksikan perdebatan itu dengan tatapan yang tak bisa kuartikan satu-persatu.

"Kinan, tunggu ...!"

Abimana terus berteriak memanggil nama Kinan yang berjalan cepat meninggalkannya dan sama sekali tak menggubris teriakannya.

Dress pantai yang dikenakan Kinan bahkan tak membuat gadis itu kesulitan untuk melangkah, padahal saat ini Kinan mengenakan dress sepanjang mata kaki dengan satu tali spaghetti yang terikat di lehernya dengan bolero pendek yang menutupi bahunya yang terbuka.

"Kejar dia, Bro! Lu sih ada-ada aja. Kinan bener kali, nggak enak ambil foto waktu pantai masih rame gini," sahut Erlang. "Mending kita ke Pulau Pasir dulu yang agak sepi dan take foto di sana," ujarnya lagi.

Abimana mendecak sebal sekali lagi lalu memanggil bodyguard-nya dengan keras. "Jo, sini!" panggilnya. Pria berbadan tegap dan berkacamata hitam itu mendekati Abimana dengan tatapan datar. "Nih, bawa! Jangan bengong aja kerjaan kamu! Nanti gajimu saya potong. Kerja nggak bener!"

"Sorry, Bos!" jawab bodyguard-nya yang dipanggil Jo itu. Entahlah, aku tidak tahu siapa nama dia sebenarnya. Entah Jojo, entah Paijo, atau bisa juga Jono. Whatever!

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang