[YunJae] Short Stories Collection

G o l d D u s t

Pain that gave me headaches

Can't feel anything

I exist, but can't call it existence

(Kim Jae Joong — "Life Support")

_Gold Dust_

Entah, aku tidak tahu berapa lama sudah aku merasakan hal ini. Kekosongan, kehampaan.

Aku melihatnya, bercengkrama dengan seorang gadis yang menjadi murid baru bulan lalu. Ya, aku tahu jika gadis itu adalah teman masa kecilnya. Cinta pertamanya.

Dan lagi-lagi aku tidak mengerti mengapa aku tidak merasakan apapun. Rasa sesak saat dia mengelus lembut pipi gadis itu, rasa sakit saat gadis itu mencium pipinya dan rasa cemburu saat dia membalas ciuman dari gadis itu.

Sungguh aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada diriku.

Mengapa aku membiarkannya melakukan hal yang akan sangat menyakitkan bagi seorang kekasih.

Benar, dia Jung Yunho adalah kekasihku. Kami sudah memiliki hubungan ini sejak tahun dia menginjakkan kakinya di sekolah ini.

Aku mencintainya, tentu. Jika tidak, untuk apa aku menerimanya menjadi kekasihku?

Dan aku juga yakin jika Yunho merasakan hal yang sama.

Namun saat ini, sekarang ini aku benar-benar tidak mengerti dengan diriku. Aku tahu jika Yunho menjalin hubungan diam-diam dengan gadis itu. Dibelakangku.

Tapi, mengapa aku tidak merasakan sakit itu?

"Jae?"

Aku menolehkan kepalaku saat mendengar suara tidak asing dari salah satu sahabatku, Kim Junsu. "Ya?"

"Apa kau baik-baik saja?"

Junsu menatapku dengan tatapan itu lagi. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa semua orang menatapku seakan aku baru saja kehilangan kedua orang tuaku. Well, aku kehilangan mereka sejak kecil.

"Apa maksudmu?"

Junsu tersenyum lemah, seakan dia yakin aku tahu apa maksudnya. Tapi sungguh, aku sama sekali tidak mengerti dengan tatapan yang Junsu dan mereka berikan.

"Yunho. Kau baik-baik saja dengan semua perlakukan Yunho terhadapmu?"

Kali ini, aku mengerutkan keningku menatap Junsu dengan tatapan semakin bingung, "apa yang Yunho lakukan?"

"Apa kau baik-baik saja melihat Yunho berhubungan dengan gadis itu di belakangmu?" tanya Junsu yang menekankan kalimatnya.

Aku menganggukkan kepalaku ragu tanpa melepaskan tatapanku dari Junsu yang terlihat tidak percaya. Benarkah jawabanku?