~ Love Like A Swan ~

16.6K 854 69
                                    

Hujan tengah mengguyur kota Seoul malam itu. Hujan yang cukup deras membuat orang-orang malas untuk keluar.
Begitu juga dengan seorang lelaki tampan yang tengah berdiri tegak di depan jendela kaca besar di ruangnya sambal menatap lalu lalang mobil di jalanan.
Ia melirik jam berbentuk gajah berwarna putih yang menggantung di sisi kanan ruangannya. 10:30 malam.
Memang aneh jika presdir muda itu masih berada di kantor pada jam seperti itu. Namun, hal itu memang sudah menjadi rutinitasnya setiap hari. Ia lebih suka menghabiskan waktunya di dalam perusahaan raksasa miliknya.
Sebuah helaan nafas berat membawanya melangkah ke meja kerjanya. Mata musangnya yang tajam menatap nyalang ke sebuah miniatur sepasang angsa yang setia menjadi pajangan di meja kantornya. Tanpa ia sadari seulas senyum tersungging di salah satu sudut bibirnya. Sebuah senyuman miris.

{*}

Dong Bang High School

Suara-suara bisikan terdengar jelas Ketika guru mata pelajaran mereka masuk
membawa seorang siswa asing ke dalam kelas 2-A itu. Siswa baru, pikir mereka.
"Ayo, perkenalkan dirimu." ujar guru itu ramah.
Siswa itu mengangguk mantap.
"Halo perke—."
Siswa baru itu tersentak kaget dan menghentikan kalimatnya saat seseorang menendang pintu kelas mereka dengan kasar.

"Jung Yunho!!" pekik guru itu sambil mengelus dadanya. Terkejut.
"Aku terlambat." dinginnya sambil menatap sekilas ke arah siswa baru yang saat ini tengah menatapnya.
Melihat itu, Yunho membalasnya dengan memberikan tatapan membunuh.
"Cepat pergi ke tempatmu!" perintah sang guru.
"Maaf, ayo lanjutkan perkenalan dirimu," sahutnya kepada siswa baru itu.
"Halo, perkenalkan aku Kim Jaejoong! Aku adalah siswa pindahan dari Jepang. Salam kenal semuanya. Aku harap kita semua bisa menjadi teman.." sahutnya riang.
Guru itu tersenyum melihat keceriaan dari lelaki cantik itu.
"Pilihlah tempat dudukmu.."
Jaejoong menganggukkan kepalanya, kemudian memperhatikan seluruh kelas.
Senyumannya semakin mengembang saat ia menemukan tempat duduk yang sesuai dengan keinginannya.
"Aku akan duduk disana." Perkataannya Jaejoong membuat sang guru mantapnya untuk meyakinkan.
"Kau yakin?"
Jaejoong hanya mengangguk antusias.
"Baiklah. "
Jaejoong pun melangkahkan kakinya menuju bangkunya. Senyumannya mengembang saat ia sudah di depan teman sebankunya yang terlihat acuh.
"Hey, kau Jung Yunho yang menendang pintu itu, bukan?"
"..."
"Yunho-ssi, berikan aku jalan. Aku teman dudukmu dan aku yang akan duduk di samping jendela itu..." ujarnya berbinar sambil menunjuk jendela itu.
"Apa aku mengijinkanmu?" Tanyanya dingin.
Jaejoong mengangguk. Yunho hanya menatapnya tajam.
Jaejoong yang mengerti arti tatapan itu hanya tersenyum simpul. "Karena sejak tadi kau diam, maka aku anggap kau tidak menolak."
Yunho mendecak.
"Cari tempat duduk lain!"
"Tidak!" ujar Jaejoong cepat.
"..."
Yunho tidak menjawab dia sengaja menaikkan kedua kakinya ke atas bangku, menghalangi lelaki cantik itu duduk di sampingnya. Dengan berat Jaejoong beranjak, mengambil bangku kosong, mendorongnya ke dekat bangku Yunho, membuat lelaki tampan itu menatapnya bingung.

"Apa yang kau lakukan Kim Jaejoong?" tanya sang guru heran. Jaejoong tersenyum kemudian naik ke atas bangku itu. "Aku hanya mencari jalan menuju bangkuku." jawabnya sambil melangkahi kaki Yunho.
Guru itu menatap tidak percaya ke arah Jaejoong yang dengan santainya menaiki meja, begitu juga dengan yang lainnya. Terlebih Yunho.
"Yunho-ah, tolong geser bangku itu, ya." ujarnya polos sambil membersihkan jejak kakinya yang mengotori mejanya.

Sementara Yunho menatap heran ke arah lelaki yang tiba-tiba saja datang ke dalam kehidupannya yang hanya memiliki satu warna, putih. Yang mungkin tidak akan ia sangka secara perlahan warna itu akan membias menjadi warna warni karena datangnya sebuah matahari.

[YunJae] Short Stories CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang