Chapter 12

1.6K 101 0
                                    

Kayla’s POV

“Aku di rumah aja deh, Pa..” tawarku kepada Papa saat beliau menuruni tangga rumah dengan aku dibelakangnya.

Kemarin Papa memintaku untuk datang ke studio Uncle Simon bersamanya. Papa ingin mengenalkanku pada ‘dunia’nya yang sebenarnya. Bukan dunia kantoran yang selama ini aku tau. Bukan masalah dunia baru yang akan dikenalkan Papa kepadaku. Masalahnya adalah aku belum siap untuk bertemu Liam setelah kejadian di basecamp One Direction saat itu bersama dengan Liam di depan Uncle Simon.

Ya, aku akan bertemu dengan Uncle Simon. Aku tak tau harus bagaiaman jika bertemu dengan Uncle Simon nantinya. Apalagi Papa belum mengetahui kejadian tiga hari yang lalu itu. Aku tak mempunyai sedikitpun keberanian untuk mengatakannya kepada Papa. Papa tau segalanya tentangku. Tau bagaimana rasa kagumku kepada One Direction terutama Liam yang sangat besar.

“Nggak, pokoknya kamu ikut Papa.” tolak Papa denan tegas.

Seperti biasa, kami menyantap sarapan hasil masakan Mama dan Bi Ijah bersama.

Aku tak bisa mengelak lagi kepada Papa untuk tak ikut dengannya. Tak ada alas an pasti yang mampu membuatku telepas, well. Tak ada salahnya juga mencoba untuk mengenal dunia Papa. Dan tak masalah juga jika nantinya Papa karna tau yang sebenarnya terjadi.

“Yauda, aku ngambil dompet sama ponsel dulu deh.”

Dengan gontai dan malas aku berjalan meninggalkan meja makan untuk pergi ke kamarku yang ada di lantai dua setelah sarapan telah kuhabiskan.

            ***

            “Kayla? Never mind you’ll come here today.”  Uncle Simon bangkit dari kursinya.

            Aku mengikuti Papa yang begitu saja memasuki ruangan Uncle Simon yang penghuninya seperti sedang sibuk.

            Kalimat Uncle Simon aku jawab dengan senyuman yang aku tak tau apa arti senyuman itu. Uncle Simon dan Papa melakukan pelukan singkat setelah jabat tangan. Dan Uncle Simon melangkah ke arahku setelah melepaskan pelukannya dengan Papa.

            Ia memelukku, “Your boyfriend is here.” Bisiknya dalam pelukan kami.

            “Then what?” jawabku dengan nada se-santai mungkin.

Liam ada di sini juga. Tak bisa dipungkiri jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Tak ada alasan pasti megapa. Setiap kali nama Liam disebut, membuat jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Aku tau aneh, but thats happen everytime.

Papa dan Simon melakukan pembincangannya mengenai ‘dunia’ mereka yang tak aku ketahui. Aku hanya duduk menunggu Papa di sofa yang ada di sudut ruangan Simon tanpa meminta izin, well tidak sopan memang. But I need to do that. Karena Papa duduk di kursi yang ada di hadapan Simon.

Stole My Heart [Liam Payne and Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang