Tigabelas

5.1K 429 93
                                    

13. Goyah? (2)

~Kyuhyun - The Day We Felt The Distance~

(Revisi)
~~~

Hari ke empat 19.00

Caca duduk dengan malas-malasan di depan tv sambil memakan keripik singkong. Mamanya baru saja pulang, dan kini mungkin sedang mandi.

Suara ponselnya membuat Caca mengalihkan perhatiannya dari tv di depannya. Diambilnya ponsel kesayangannya, terdapat notif pesan masuk dari Dipa.

From : Dipa
Sa, saya mau main kerumah kamu. Mama kamu udah pulang kan?

Caca terdiam sesaat melihat isi sms dari Dipa. Dalam hati Caca bertanya-tanya mau apa Dipa kerumahnya. Sedetik kemudian jari-jarinya sudah bergerak lincah mengetikan balasan sms untuk Dipa.

To : Dipa
Udah.

Setelah menekan Send, Caca langsung berdiri dan berjalan untuk membukakan pintu. Tepat saat pintu di buka, Caca menemukan Dipa sudah berdiri di depan pintu dengan senyum mengembang di bibirnya. Caca terpesona, melihat senyum Dipa entah kenapa membuatnya sulit mengalihakan pandangan dari senyum manis milik cowok itu.

"Ca kamu udah makan belum?!" teriakan mamanya menyadarkan Caca yang masih menatap Dipa dengan tatapan sama.

"Eh, dipanggil mama tuh. Yuk masuk!" Dipa mengangguk dan masuk terlebih dahulu. Caca menutup pintu dan segera mengajak Dipa untuk menemui mamanya. Sarah tersenyum melihat Caca dan Dipa.

"Assalamualaikum tante.." ucap Dipa sopan sambil menyalami Sarah.

"Wa alaikum salam.." jawab Sarah sambil tersenyum.

Dipa berdiri di dekat Caca masih dengan senyum di bibirnya.

Aneh, kenapa Dipa jadi banyak senyum? Tanya Caca dalam hati.

"Yuk deh makan dulu, kamu belum makan kan Ca?" Caca menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Mamanya. "Kamu udah makan Dip?" Dipa ikut-ikutan menggelengkan kepalanya sambil nyengir. Caca tidak melewatkan bagian nyengir itu. Baginya Dipa memang lebih tampan berkali-kalilipat jika sedang tersenyum. Biasanya wajah datarnya membuat dia terlihat kaku dan yah membosankan. Tapi dengan senyumnya malam ini yang tak pernah habis membuat Dipa terlihat berbeda. Yah berbeda dan itu membuat Caca sedikit terlena.

"Ca, kamu kok malah ngeliatin Dipa sampai segitunya. Hayooo inget udah punya Senja." Caca seperti tersadar setelah mendengar kata-kata Sarah. Dalam hati Caca merutuki dirinya sendiri yang mudah sekali teralihkan hanya karena senyum Dipa.

"Senja siapa tante?" tanya Dipa. Caca langsung menoleh ke arah mamanya yang kini tersenyum dengan binar di matanya.

"Calon suami Caca," telak. Kata-kata Sarah membuat Dipa terlihat kaget walau hanya sesaat. Sedangkan Caca hanya bisa menunduk dan merasa bersalah pada Senja. Padahal Senja juga tidak akan tau, selama ini dia suka dengan cogan-cogan yang ada di drama korea pun dia biasa saja. Tapi entah karena apa kali ini dia merasa sangat bersalah.

"Aduh nanti bisa salah paham dong tante kalau saya ngantar jemput Caca." Kata Dipa tampak merasa bersalah. Caca diam saja, dia tidak tau harus bilang apa. Sedangkan Sarah tersenyum mendengar kata-kata Dipa.

"Nggak apa-apa Dipa, asal kamu nggak sampai suka sama Caca." ucap Sarah.

"Maa udah deh yuk makan!" ajak Caca, sambil menarik tangan mamanya. Belum beberapa langkah suara Dipa menghentikan acara tarik-menarik Caca dan Sarah.

"Saya nggak akan suka sama Caca kok tante." Caca berbalik dengan cepat, bahkan Sarah sampai terdorong ke samping karena terkejut dengan gerakan cepat Caca. Saat Caca sudah berbalik, dia dihadiahi senyum tulus dari Dipa. "Saya anggap dia teman saya," lanjut Dipa.

Suasana berubah hening, Sarah masih mencoba mencerna apa yang terjadi. Sedangkan Caca kini masih menatap Dipa dengan tatapan bertanya. Sepertinya dia terkejut, atau mungkin mulai timbul rasa pada Dipa?

---
Di jam yang sama, tapi di tempat yang berbeda.

Senja mengambil korek api dan sebatang rokok, Aden yang melihat itu dengan cepat mengambil paksa sebatang rokok di tangan Senja. Tapi Senja tetap mempertahankan rokok di tangannya hingga pada akhirnya rokok itu patah dan isinya berhamburan.

"Sial! Biarin gue tenang Den, lo bisa nggak sih pulang aja sekarang!" Aden menggelengkan kepalanya, tatapannya tajam ke arah Senja. Mana mungkin dia membiarkan sahabatnya yang sedang kacau sendirian. Bisa-bisa besok hanya tinggal nama, jika dia membiarkan Senja seenaknya.

"Emangnya lo kuat ngisep rokok? Nyium baunya aja lo sesek apalagi ngisep langsung. Nggak usah sok strong Dung!" ucap Aden.

Senja diam, dia memang tidak pernah menyentuh yang namanya rokok seumur hidupnya. Baru tadi itu dia mau mencoba, mencoba yang kata orang menyenangkan.

"Gue nggak tau kenapa rencana gue kacau." ucap Senja lirih, kali ini Aden bisa melihat betapa menyedihkannya sahabatnya itu.

"Gue aja nggak kenal si Ajeng itu siapa, si Della siapa, si Maya siapa. Gue nggak kenal mereka ya ampun, gue salah apa sih sampai harus berurusan sama tiga cewek sialan itu."

Aden yang mendengar itu juga ikut sedih, pasalnya dia juga tidak tau kenapa berita yang ada di beberapa media sosial itu bisa dengan mudah menyudutkan Senja.

Tiga cewek terfamous di sekolahnya tiba-tiba saja saling adu mulut. Dan sialnya, pokok permasalahannya adalah Senja. Aneh. Itu yang ada dipikiran Aden pertama kali, bagaimana mungkin Senja yang yah, bisa dianggap tak sefamous Gada sang ketos bisa dilibatkan dalam perdebatan tiga cewek itu.

Sialnya karena tiga cewek itu famous makanya setiap berita yang keluar dari mulut mereka dianggap sebagai fakta oleh sebagian besar murid di SMA Pertiwi.

"Gue harus gimana Den?" tanya Senja dengan wajah memelas plus bingungnya.

"Gue juga nggak tau, emang tadi pas lo pulang latihan basket trus di cegat mereka bertiga di lapangan sekolah. Mereka ngomong apaan sama lo?" tanya Aden.

"Emang lo nggak denger?!!" tanya Senja dengan mata terbelalak kaget. Aden meringis dan menggelengkan kepalanya. "Gua kan pulang duluan," kata Aden.

Senja menghela nafas lelah. "Untung tadi pas gue pulang nggak banyak orang. Untung juga Caca nggak ada."

Senja berdiri dari duduknya dan berjalan mondar-mandir kesana-kemari seperti sedang menunggu kelahiran anak pertamanya. Aden sampai harus menahan Senja dan mendudukannya lagi, Senja sepertinya mulai stress.

"Kalo lo nggak mau cerita, gue pulang!" ancam Aden.

Senja kembali menghela nafas lelah, sepertinya dia benar-benar lelah pikiran dan hatinya. "Mereka pada ngerebutin gue, gue nggak geer nih tapi itu kenyataan. Dan ternyada Den, yang bikin kelas rame ngomongin gue itu, ya mereka bertiga. Mereka pada koar-koar kalo suka sama gue, terus pada percaya gitu aja. Yang namanya Ajeng sih lumayan, cantik trus lemah lembut gitu."

Pletak.

Jitakan yang cukup keras membuat Senja menghentikan ucapannya dan menatap Aden. Aden balas menatap Senja dengan tajam. Biasanya Senja yang akan memukul atau menempeleng Aden, tapi kali ini Aden yang terlihat sangat marah.

"Lo lupa sama Caca?"
Senja membelalakkan matanya dan kemudian tersadar. Aden masih menatap Senja dengan tajam, dia tak akan rela cewek sebaik Caca tergeser posisinya dengan cewek yang bernama Ajeng itu.

~~~
"Langit orange yang indah membuat kita bungkam karena pesonanya. Tapi jejaknya yang samar, menyadarkan kita bahwa dia, Senja tak abadi."

To be continued.

Lovin.👣

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang