Sembilanbelas

4.6K 431 87
                                    

19. Plin plan

~The Passenger - Let Her Go~

(Revisi)

~~~
Hari ke sepuluh

Caca berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua dengan dibantu Dipa. Hari minggu ini dia sudah diperbolehkan pulang, dan pagi-pagi tadi Dipa menjemputnya. Karena Sarah sedang ada meeting maka dia menitipkan Caca pada Dipa.

Sampai di kamarnya Caca langsung membaringkan dirinya di tempat tidurnya yang nyaman. Ranjang rumah sakit yang sempit membuatnya tersiksa, dia tidak bisa bergerak lincah saat tidur.

Dipa duduk di ujung tempat tidur Caca. Dia sudah kembali sibuk dengan ponselnya, dan mengabaikan Caca lagi. Jika boleh Caca sebenarnya kepo ingin tau apa yang dikerjakan Dipa dengan ponselnya itu. Tapi dia takut mendapat penolakan lagi dari Dipa. Alhasil dia hanya berdiam diri tanpa mau mengganggu Dipa.

"Sa, saya mau keluar sebentar. Kamu mau titip sesuatu?" tanya Dipa tiba-tiba memeceh keheningan.

Caca menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah mendapat gelengan kepala dari Caca, Dipa langsung berdiri dan tanpa menoleh ke belakang lagi, dia meninggalkan Caca sendirian.

Hari minggu ini Caca hanya berdiam diri di rumahnya, hingga sore hari Dipa tidak kembali ke rumahnya. Pada akhirnya sampai Caca terlelap Dipa tak muncul lagi.

---

Hari kesebelas.

Caca berjalan dengan wajah yang masih pucat menuju kelasnya. Di sampingnya Dipa ikut mengantarkannya menuju kelas. Pagi tadi Caca mogok bicara dengan Dipa. Tapi sepertinya Dipa biasa saja, Caca tidak bicara, dia juga tidak bicara. Padahal Caca ingin marah karena sampai malam Dipa tidak kembali ke rumahnya dan menemaniya. Tapi diamnya Dipa membuatnya juga diam.

Kelas yang semula ramai mendadak hening saat Dipa dan Caca sampai di kelas. Dipa menemani Caca sampai tempat duduknya. Setelah memastikan Caca duduk di tempatnya, Dipa hanya tersenyum singkat pada Caca dan berjalan keluar kelas. Caca tidak membalas senyum itu, dia terlalu kesal pada Dipa.

Senja tersenyum sedih dari kursi di belakang. Hari ini Meli memaksa Senja agar mau duduk sebangku dengannya. Dan sekarang Meli masih mengoceh entah apa Senja tidak terlalu mendengarkan sejak tadi.

Senja menundukkan kepalanya, melihat bunga mawar merah di tangannya. Mawar yang sudah dia persiapkan untuk kesembuhan Caca, mungkin dia akan membuanganya ke tempat sampah setelah ini. Biar saja, toh hati dan perasaannya juga sudah dibuang seperti sampah oleh Caca. Sepertinya Caca sudah melupakannya, atau dia harus yang lebih dulu melepas Caca?

"Sabar Nja, lima tahun lagi deh. Janji saat itu gue mau dihalalin." Ucapan Caca yang saat itu begitu meyakinkan, menenangkan semua ketakutannya tapi apa? Cih bullshit, apa lima tahun lagi? Baru sebelas hari saja dia sudah dilupakan. Apa kabar lima tahun lagi? Mungkin hatinya sudah tak terbentuk lagi.

Senja menghembuskan nafasnya mencoba meredam emosinya. Memasukkan kembali bunga mawar itu ke dalam laci dan menoleh pada Meli yang masih asik ngoceh.

"Mel, gue keluar sebentar ya. Nanti kalo guru udah masuk, bilang aja gue ke UKS sebentar," ucap Senja memotong ocehan Meli. Meli mendengus dan menganggukkan kepalanya.

Dengan santai Senja berdiri dari duduknya. Baru beberapa langkah dia berbalik dan mengambil mawar di laci mejanya. Membawanya di tangan kanannya, dengan langkah santai Senja berjalan melewati bangku Caca. Dia tidak menoleh sama sekali, tangannya dengan erat menggenggam tangkai mawar di tangannya.

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang