Duapuluhdua

4.6K 416 106
                                    

22. Pacaran yuk?!

~Mytha - Menghapus Yang Terukir.~

(Revisi)
~~~

Hari ke empatbelas

"Gue hampir berhasil Jat..." ucap Litha dengan tatapan menerawang ke langit senja yang sebentar lagi menggelap. Senyumnya mengembang, Jati yang duduk di sebelah Litha sejak tadi hanya diam, pikirannya kalut. Sejak Meli datang ke dalam kehidupannya lagi, dia jadi tidak tenang. Rasa bersalah datang seperti badai dalam hatinya.

Deburan ombak menemani senja yang mulai hilang ditelan malam. Dua pasang mata yang menatap ke arah yang sama. Dua pikiran yang berbeda arah, tapi terpaksa harus menyatu.

"Gue takut..." lirih Jati.

Litha tertawa hambar, menghembuskan nafasnya mencoba mengenyahkan hal baik yang mengusik sisi jahatnya. "Kan lo sama gue. Kita hampir berhasil Jat, gue nggak sabar nunggu kehancuran mereka," ucap Litha dengan yakin, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan juga Jati bahwa apa yang dia lakukan itu benar.

"Jawab satu pertanyaan gue Tha. Sebenernya kenapa lo mau bikin Senja sama Caca putus?" tanya Jati penasaran. Kepalanya menoleh ke arah Litha, melihat senyum Litha yang dulu sempat memikatnya saat pertama kali.

"Iri," jawab Litha singkat.

Semua itu menjawab pertanyaan Jati, dia juga iri dengan hubungan Senja dan Caca. Mereka terlalu sempurna, mereka seperti tak bisa dipisahkan hingga kabar hubungan mereka menyebar sampai kemana-mana. Ingatannya melayang saat dulu dia dan ceweknya juga pernah seperti Caca dan Senja. Menjadi sorotan karena keberhasilan hubungannya yang hampir sampai tiga tahun.

Tapi karena cinta barunya pada Litha, Jati berpaling. Yah jika kamu digoda setiap menitnya memangnya kamu bisa apa? Lama-lama juga goyah, dan pada akhirnya dia memilih putus dengan pacarnya dan menjalin hubungan dengan Litha. Dan bertahan sampai sekarang, walau dia dan Litha sudah menghancurkan hubungan pasangan-pasangan lain. Tapi sepertinya Tuhan menakdirkan dia dan Litha untuk terus bersama sampai saat ini.

"Kamu sayang sama aku kan Tha?" tanya Jati membuat Litha menolehkan kepalanya dengan cepat. Pandangannya bertemu dengan Jati, senyumnya menjawab semuanya.

"Kamu yang terbaik yang pernah ada buat aku Jat," ucap Litha membuat desiran hangat di hati Jati.

Entah siapa yang memulai, Jati sudah mendekatkan kepalanya hingga kini nafasnya melingkupi wajah Litha. Litha memejamkan matanya menyambut ciuman mereka kali ini. Ciuman yang entah sudah dilakukan berapa kali.

Jati menarik Litha semakin dekat hingga kini bibirnya menempel sempurna pada bibir Litha. Menyesapnya perlahan, menikmati rasa bibir Litha.

Malam, angin, deburan ombak dan senja mendukung mereka. Memilih menghilang dari pandangan membiarkan dua orang yang kini saling mencintai itu punya waktu untuk bahagia. Tuhan telah mengatur semuanya, mungkin sekarang alam mendukung mereka tapi suatu saat nanti siapa yang tau?

---

Hari ke enam belas

Di ruang tamu rumah tante Santi, Caca duduk dengan tangan menopang wajahnya yang sejak tadi mengamati Dipa di depannya. Yang diamati cuek saja, dia bahkan tidak terganggu sama sekali. Matanya hanya menatap buku sains tebal di depannya, tangannya membolak balik buku itu lembar demi lembar.

Senin depan Ulangan Akhir Semester Gasal, dan Dipa sepertinya mati-matian memperbanyak jam belajarnya. Akibatnya Caca sering sekali diabaikan, walau sikap Dipa padanya lebih baik setelah dia keluar dari rumah sakit, tapi tetap saja yang namanya diabaikan itu menyakitkan.

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang