Part 1

82 3 0
                                    

Author Pov

I never felt this way about loving
Never felt so good

Alunan nada indah yang keluar dari earphone seorang perempuan sambil mengulam senyum, menikmati indahnya langit yang menuju warna kuning telur, menikmati hembusan angin. Cocok dengan suasana hatinya yang sedang diawang awang, melayang layang, yang entah mengapa tidak bertujuan. Duduk di bibir pantai, menyendiri.

"Heh!!". Katanya sambil melepaskan earphone yang berada di telinga perempuan tersebut, suara laki-laki yang mengagetkan dan sedikit menganggu ketenangannya.

Perempuan itu hanya membalas dengan tatapan mata yang tajam, ungakapan bahwa dia tidak suka dengan kehadiran laki-laki tersebut.

"Gitu banget sih lo". Protes laki-laki tersebut kepada seorang perempuan yang sedang melakukan aktivitas favoritnya ketika sedang berada di pantai.

"Ganggu!" Jawabnya singkat.

"Gue cuman mau nemenin lo, engga bagus mau magrib gini cewek sendirian di pantai lagi, kesurupan baru tau rasa lo". Ceramah laki-laki tersebut.

"Lo tau gue kan?" Katanya sinis.

"Senja lo kenapa?" Sahut laki-laki tersebut kepada perempuan yang bernama Senja.

"Gue? Engga kenapa kenapa ko, lagi pengen sendiri aja". Jawabnya dengan wajah yang tanpa ekspresi, beda dengan seperti biasanya yang penuh dengan ekspresi.

"Kalo lo butuh temen cerita, lo bisa cari gue". Jawab laki-laki tersebut yang ia tau, bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Senja.

"Thanks, Ar". Sahut Senja kepada Lazuardi si laki-laki yang sedari tadi mengganggu kesendiriannya, sambil mengulam senyum tanda senang ada yang memperhatikan.

"You don't told it". Begitu katanya, sambil tersenyum tipis dan pergi meninggalkan Senja sendirian di bibir pantai.

Kembali Senja menatap langit senja, cengirannya menyiratkan bahwa dia sedang melihat diri sendiri. Lucu, gue melihat gue. Begitulah suara hati Senja.

"Kapan semuanya akan berakhir?" Tambahnya di dalam hati, dengan ekspresi kesedihan di raut wajahnya.

Lazuardi Pov

"Besok kita pulang jam berapa sih, Ar?" Tanya Reynold.

"Jam 10". Jawab gue singkat

Setelah gue jawab pertanyaan Reynold gue langsung melipir ke bangku yang ada di ujung teras depan, dengan menghadap ke pantai.

"Senja, indah". Itu yang ada dipikiran gue, pas gue liat langit sore ini.

Udah jam setengah 6, tapi Senja belum aja datang. Gue engga mungkin nyamperin dia lagi, nanti kalo gue samperin lagi yang ada dia malah ngamuk ngamuk sama gue.

Gue, Lazuardi Arga terlanjur sangat peduli kepada Senjarani Asmawikarta. Kalo diinget inget gue udah kenal Senja sejak 2 tahun lalu, tepat ketika hari pertama gue masuk SMA Bina Bangsa kelas X. Sekolah Swasta yang menjadi favorit di kota tempat gue tinggal.

Sejak hari itu, Senja selalu menjadi tempat cerita gue. Begitupun sebaliknya, gue selalu menjadi tempat cerita Senja. Entah sudah berapa ribu kata dan kalimat yang gue keluarin dari mulut gue ke telinga Senja, ke telinga seseorang yang tepat menurut gue. Kepada sosok yang selalu menjadi idaman orang-orang, mungkin termasuk gue?

Awal dari semua ini adalah, ketika hari pertama ospek. Ternyata gue satu kelompok sama Senja, dari awal gue udah tertarik sama dia. Dia yang punya senyum yang indah, senyumnya itu bisa menyihir semua orang. Engga akan ada orang yang engga tertarik kalo melihat Senja senyum. Cewek yang mempunyai warna rambut kecoklatan, wajah yang oriental. Namun tak seoriental gue wajahnya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang