Author Pov
Semalam sepulang melepaskan kepenatan bersama dengan Lazuardi, tiba-tiba alergi dingin Senja kambuh. Kulitnya merah-merah, dan nafasnya pun tak teratur.
Ya memang Senja memiliki alergi terhadap dingin. Sudah semenjak SD seingat Senja, ia sering merasakan kulit kemerahan dan nafas yang sesak ketika ia kedinginan.
Seingatnya, semalam tidak begitu dingin. Namun, entah mengapa alerginnya kambuh.
Karena alreginya kambuh, sehingga hari ini Senja memutuskan tidak masuk sekolah. Hingga pagi menjelang, nafasnya masih saja tidak karuan dan kulitnya masih saja kemerahan.
Ia terbaring tidur diatas kasurnya, sambil memegang remote tv. Ia memindah mindahkan chanel tv.
Ketika sedang terbaring tidur, pintu kamar miliknya terbuka. Terlihat Langit -kakaknya Senja-.
Langit tersenyum mengarah ke arah adiknya, "gimana sekarang dek?" katanya sambil berjalan menuju ranjang milik Senja.
Semalam ketika Senja sampai rumahnya, keadaan rumahnya sudah sepi. Atau bahkan dari siang memang sepi, seperti biasanya.
Orang tuanya sedang pergi mengurusi pekerjaannya, dan kakaknya tak terlihat. Senja meyakini bahwa kakaknya sedang keluyuran entah kemana, kebiasaan kakaknya setelah ia memasuki masa kuliah.
Langit mengetahui keadaan Senja ketika tadi pagi, ia ditelpon oleh ART rumahnya, memberi tau bahwa Senja sedang sakit. Setelah ia mengetahuinya, ia langsung menuju rumahnya.
Bukannya menjawab pertanyaan Langit, Senja malah menampakan wajah sedihnya.
"Kenapa sih?" Langit memeluk kepala adiknya tersebut.
"Kemana aja sih lo?", kata Senja dengan ekspresi dibuat sedih.
Langit nyengir sebentar sebelum ia menjawab pertanyaan adiknya. "Biasa", hanya itu yang keluar dari mulut kakaknya.
"Kebiasaan. Lo sering banget ninggalin gue sendirian sekarang, untung sekarang keadaanya engga begitu parah. Gimana kalo tiba-tiba gue mati, terus lo engga ada di rumah". Senja benar-benar melow, entahlah ia sangat merasa kesepian. Disaat ia sakit tidak ada anggota keluarga yang mengurusinya, hanya ART.
Jatuhlah air mata di pipi Senja, Langit begitu sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Senja. "Lo ngomong apa sih?" Langit menarik Senja kepelukannya.
Senja memukul punggung kakaknya tersebut, "ya habisnya lo sekarang engga betah banget kayanya di rumah, lo ninggalin gue sendirian terus. Lo ga sayang sama gue?"
"Gue teramat sayang sama adik gue, yang super duper manja ini". Langit tidak melonggarkan sedikitpun pelukannya kepada Senja.
"Kalo sayang kenapa sering ninggalin gue? Kalo gue mati gimana?" Senja masih menangis.
Langit melepaskan pelukannya, ia menatap Senja dengan tatapan tidak suka. "Lo ga boleh ngomong mati-matian segala, gue ga suka Senja. Jangan gitu!"
Helaan nafas terdengar dari mulut Senja, sambil ia menghapus air mata dipipinya. "Maaf".
"Jangan pernah ngomong itu lagi yaa Senja. Gue sayang banget sama lo, gue engga mau kehilangan lo. Gue akan berusaha lebih sering di rumah buat nemenin adik gue ini". Begitu katanya sambil tersenyum.
Senja memeluk kakak kesayanganya, kakak yang selalu menjadi guardian angel baginya. Namun, belakangan ini ia sedikit tidak merasakan itu dari kakaknya. Entah apa yang membuat kakaknya lebih senang di luar ketimbang diam di rumah bersamanya.
"Udah makan?" Tanya Langit sambil melepas pelukannya.
Senja menggeleng.
Ada dengusan kecewa keluar dari mulut Langit. "Yuk makan, terus minum obat, terus tidur. Biar besok lo bisa sekolah lagi".
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Teen FictionLove come with a million convertation, it's just like us. Or maybe, in our first met I felt like you.