Part 7

13 1 0
                                    

Author Pov

Hari Sekolah...

Terdengar riuhnya siswa siswi SMA Bina Bangsa setelah melakukan upacara Senin yang rutin dilaksanakan.

Hari ini hari pertama masuk semester ganjil bertepatan dengan masuknya murid-murid baru yang sedang melaksanakan MOS. Setelah upacara, perserta MOS tetap berada di lapangan. Berbeda dengan kedua kakak tingkatnya yang langsung menuju kelasnya masing-masing. Terutama kelas XI yang langsung berhamburan lari, karena mereka baru diubah lagi teman kelasnya, sehingga mereka harus segera lari agar mendapatkan teman sebangku dan posisi bangku terbaik. Sedangkan pengumum kelas XI sendiri sudah diposting di web sekolah, tepatbya sehari sebelum masuk sekolah.

Kelas XII yang sudah merasakan hal itupun tertawa girang melihat kelakuan adek kelasnya.

"Adrenaline rush, banget yaaa Senja?" Tanya Anya kepada Senja yang sedari tadi tersenyum melihat kelakuan adek kelasnya.

"Heem. Sumpah sih itu bikin deg-degan". Jawabnya dengan terus mengukir senyum, tak menyadari bahwa di jarak 50 meter ada seseorang yang memperhatikannya sambil ikut tersenyum.

"Hoyyy, senyum senyum mulu". Kata lelaki yang sedari tadi memperhatikan Senja dengan tersenyum, tak lain dan tak bukan ialah Lazuardi.

Laki-laki terdekat Senja saat ini, yang tau bagaimana suasana hatinya. Namun, satu sekolah ini tidak tau bahwa mereka sedekat apa. Yang mereka tau hanya Senjarani sering mengobrol dengan Lazuardi di kantin, perpus, taman, lapangan basket, lapangan bola, ruang osis, depan kelas, depan lab, depan ruang multimedia, parkiran, dan di gerbang sekolah. Itu saja yang mereka tau.

"Kelas lah, kemana lagi sih". Jawab Anya dengan sedikit agak kesal.

"Gue nanya sama Senja bukan buat lo". Begitu kata Lazuardi sambil mencibir.

Senja tertawa melihat perilaku Lazuardi dengan Anya. Anya sosok wanita yang terdekat dengan Senja, tapi jika dibandingkan dengan Lazuardi sosoknyalah yang memenangkan pengetahuan bagaimana suasana hati Senja saat ini.

"Kenapa Ar?" tanya Senja.

"Nanya aja, Ra". Jawabnya dengan santai.

"Anjir, penting banget kayanya pertanyaan lo Di". Balas Anya dengan kesal karena jawaban dari Lazuardi.

Setelah itu mereka bertiga melangkah menuju kelas. Senja satu kelas dengan Anya di XII IPA 3, sedangkan Lazuardi berada di kelas XII IPA 5 bersama Reynold, Fahmi, dan Ochi. Ketika Senja dan Anya sudah masuk ke dalam kelas, akhirnya Lazuardi melanjutkan langkahnya sendiri.

Lazuardi Pov

"Lo engga akan ikut?" Tanya Fahmi ke Reynold, yang gue denger pas gue masuk kelas.

"Apaan?" Gue penasaran.

"Besok ada acara ulang taun temen kakak gue, nah gue mau ikut. Lumayan banget Di, banyak kakak kakak emesshhh". Begitu katanya sambil tersenyum.

"Mainannya kakak kakak??" Jawab gue.

Yaa, Fahmi memiliki kakak perempuan yang sudah jadi Mahasiswa. Menurut informasi Fahmi, teman teman kakaknya itu cantik cantik. Jadilah kami diajak untuk melihat indahnya dunia begitu katanya.

Bahu gue dipukul oleh Famhi, sambil berkata "engga gitu oyyy. Gue lagi pengen cuci mata".

"Cuci mata terus, awas bintitan oy". Seru Reynold.

"Nol, Risa tuh!" Terlihat Risa "gebetan" Reynold lewat depan kelas kami. Tapi gue liat Reynold cuek.

"Kenapa sih lo?" Tanya gue.

"Engga". Reynold menghela nafas, "gue udah engga ngehubungin dia lagi" tambahnya.

"Pantesan. Lo kepikiran apa kata Senja, Nol?" tanya gue penasaran.

"Bukan kepikiran sih, jadi mikir lebih tepatnya Di. Apa yang dibilang itu bener banget, kalo gue gak bisa kasih kepastian ke Risa mending gue tinggalin dia. Dan yaaa gue engga bisa yakin sama Risa". Jelasnya penjang lebar.

"Anjirrr wise banget sih lo, Nol". Ledek Fahmi.

"Yaaa baguslah kalo lo udh bisa nentuin sikap buat Risa". Tambah gue, sambil gue pukul bahunya tanda gue mendukung segala apapun keputusan Reynold.

*****

Karena hari ini, hari pertama sekolah jadi banyak guru yang hanya memperkenalkan diri saja ketika masuk ke kelas. Yaaa walpun sebenernya kita kelas XII udah hampir tau seluruh guru di SMA Bina Bangsa ini. Tapi, tetap sangat menyenangkan karena tidak belajar. Dan sekarang, gue, Fahmi, dan Reynold lagi nongkrong di kantin, tempat paling favorit.

"Apa kabar lo?" tiba-tiba terdengar suara laki-laki.

"Eeehhhh Rif. Baik baik, lo gimana?" itu ternyata suara Arif.

"Baim bro, kemane aje lo?" Tanyanya lagi, sambil menyalami Fahmi dan Reynold ala laki-laki.

"Ada gue".

"Liburan bareng Senja lagi gak lo?" tanyanya to the point.

Fyi Arif itu pernah jadiin Senja gebetannya, tapi sayang Senja tidak merespon Arif. Tapi gue masih curiga sih sampe sekarang Arif masih jadiin Senja gebetannya tapi tidak seterbuka dulu pas kelas X.

"Yoooiiii". Kata gue sambil senyum.

"Kenapa engga ajakin gue sih?"

"Kalo kita ajakin lo, Senja engga akan ikut bro". Sambar Fahmi.

Arif menonjok bahu Fahmi, "anjir lo!!!"

Gue dan Reynold cuman ketawa.

"Eh tapi bener loh Rif". Begitu kata gue.

Terlihat muka Arif kesel. "Tega banget sih lo".

Tiba tiba kantin riuh oleh anak-anak kelas X yang sedang MOS.

"Anjir dedek emeshhh. Dipilih dipilih dipilih". Begitu kata Fahmi dengan nada yang terlihat sedang berdagang.

"Bukan dagangan oy!" timpal Reynold.

Ketika sedang asik melihat anak-anak kelas X. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik perhatian gue.

Anjir itu siapa? Cantik. Itu yang ada dipikiran gue.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang