Malam ini... harusnya jadi hari pernikahanku. Aku menghela nafas dan meneruskan langkahku. Aku sebenarnya tak tahu tujuanku sekarang. Tapi tiba tiba saja aku sudah berada di depan aula.
Aula yang masih terhias. Aula ini sama sekali tak tersentuh sejak perang. Dan aula ini juga yang akan menjadi tempat pernikahan kami.
Sebelum rahasia itu terkuak dan Lucas tahu segalanya.
Aku duduk, memeluk lututku dan termenung di aula besar ini. Hanya memikirkan kehidupanku nantinya. Hal yang tak pernah aku pikirkan.
Ku pikir aku akan langsung mati jika saatnya tiba.
Tapi aku malah selamat, sehat, dan berakhir tak seperti harapanku. Malah, aku jadi terjebak bersama mereka.
Tak tahu berapa lama aku merenung, tiba tiba pintu aula terbuka dan Lucas masuk.
"Kau disini?"
Aku menoleh dan mengangguk. "Ya."
"Kalau begitu, aku akan pergi." ia berbalik namun aku menghentikannya.
"Tidak. Jika kau ingin berada di sini, aku yang akan pergi." kataku seraya berdiri dan berjalan melewati Luc.
Tapi Lucas, menahan kepergianku. "Jangan pergi. Kau terlebih dahulu ada di sini."
"Kalau begitu kenapa kita tak bersama sama duduk di sini?" tanyaku, berusaha memberi solusi.
Lucas tampak enggan. Entah apa yang akhirnya merubah pikirannya, ia pun menghela nafas dan mengangguk. Mungkin ia punya pemikiran yang sama denganku; selama ini kami hanya berdebat dan tak pernah berbicara sebaik ini.
Maksudku, tidak setelah perang.
Dan hari ini, yang seharusnya jadi hari pernikahan kami, harusnya bisa jadi pengecualian kan? Setidaknya ia mau berbaik hati untuk berdamai sementara ini.
Kami duduk dalam diam dan tak ada yang mau memulai percakapan.
Akhirnya aku yang terlebih dahulu memecah keheningan dengan suaraku. "Aku minta maaf," kataku. "Sungguh, aku tak bermaksud membuat ini semua terjadi."
Luc mendengus. "Kau bohong."
"Ya, pada awalnya. Pada awalnya, aku memang melakukan ini karena ingin membalas semua dendamku, tapi aku pun tersadar," aku memberi jeda sebelum melanjutkan. "Aku benar benar jatuh cinta padamu."
"Sehari sebelum kau mengetahui semuanya, aku datang ke markas Vampire Hunters dan mengatakan semuanya pada Duval Stella bahwa aku ingin melepaskan semuanya. Aku ingin memulai hidupku denganmu." kataku bersungguh sungguh dan berharap ia dapat mempercayaiku.
Setidaknya untuk kali ini.
Aku terdiam karena Lucas tak merespon perkataanku. Karena hanya ada keheningan yang menyesakkan di tengah tengah kami, aku kembali membuka suaraku. Setidaknya, agar aku tahu apa yang harus ku lakukan selanjutnya.
Pergi, atau tetap tinggal.
"Kau tak percaya ya?" aku tersenyum pedih. Ia masih tak mau menjawabku. "Kau memang tak perlu percaya pada pembohong sepertiku. Maafkan aku telah berbicara panjang lebar. Mungkin sebaiknya, aku pergi."
Aku berdiri tetapi Luc kembali menarik tanganku dan membuatku kembali terduduk. Wajah kami menjadi amat dekat saat ini. Aku mulai merasakan debaran yang berlebihan lagi.
"Kenapa kau tak mencoba jujur padaku, Circe?"
Aku menggeleng. Berusaha menekan rasa sesak ini lebih dalam dan lebih lama lagi. "Maafkan aku, Lucas. Aku tak bisa. Bahkan jika aku jujur, kau tak akan anggap itu sebagai angin lalu bukan?" tanyaku telak. "Kau hanya akan menganggapku sebagai pembohong lalu kau akan tetap memperlakukanku sebagai penjahat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Hunters
VampiroCirce Autheneer, ia adalah vampire setengah malaikat yang memutuskan untuk membunuh kaumnya sendiri. Sejak kecil ia di besarkan bersama para malaikat, tapi kebencian itu sudah ada jauh di dalam hatinya. Ia membenci bagaimana malaikat di perlakukan...