Akhirnya aku tiba di apartment paman ku. Ternyata apartment paman ku tidak jauh dari sungai Han. Sesampainya di sana, aku disambut oleh bibi Inha.
"Annyeonghaseyo." sapa ku. "Ya ampun Dee, kamu semakin cantik saja! Ayo silahkan masuk. Oppa, barang barang Dee kau saja yang bawakan ke sini ya." ujar bibi Inha. "Ah bibi, bisa saja. Bibi juga makin terlihat muda saja. Padahal sudah memiliki anak." ujar ku sembari berjalan masuk apartment mengikuti bibi.Aku sebelumnya memang sudah pernah bertemu dengan bibi Inha pada acara pernikahannya. Maka dari itu aku tidak terlalu canggung dengannya. Lagipula bahasa Korea ku sudah mulai lancar. Tapi dengan Yian, aku belum pernah bertemu dengannya sama sekali. Maka dari itu aku sangat senang sekarang akan bertemu dengan Yian.
"Yian ada dimana bi?" tanyaku, "ah, Yian belum bangun. Semalam dia tidur pukul 12. Tapi kau bisa menemuinya sekarang, dia ada di kamarnya. Di pintu kamar Yian terdapat sticker Iron Man, kau masuk saja ke pintu yang ada sticker Iron Man nya. Dan kamar mu ditandai dengan sticker Frozen yang bibi tempel di pintu. Habis bibi bingung ingin menempelnya dengan sticker apa, hehehe." ujar bibi panjang lebar. "Baiklah bi. Tidak apa apa, terserah bibi ingin menempelkan sticker apapun." jawabku sembari berjalan masuk ke kamar Yian.
Sesampainya di kamar Yian, aku melihat Yian sedang menggeliat. Ah, rupanya Yian sudah bangun. "Eo? Yian, kau sudah bangun? Sini noona gendong. Oh yaampun, kau tampan sekali seperti appa mu!" ujar ku kepada bayi yang baru berumur 10 bulan tsb. "Huaaaaaaaa," tangis Yian pecah dikala aku ingin mengambilnya dari box bayinya. "Omo! Yian, kamu kenapa? Ini noona mu baru saja datang jauh ke sini untuk bertemu dengan mu. Kamu malah menangis seperti itu," ujar bibi Inha yang tiba tiba datang dengan memakai celemek. "Tidak apa bi, maklum. Yian baru bertemu dengan ku pertama kali." ujarku. "Baiklah. Sebaiknya kau ke meja makan sekarang, bibi sudah menyiapkan makan siang untuk mu." ujar bibi.
Tanpa babibu aku sudah melesat ke dapur untuk segera mencicipi masakan pertama setibanya aku di Korea. Aku langsung duduk di kursi samping paman ku. Ketika aku ingin menyuapi mulutku dengan makanan itu, paman segera mengambil sendok ku. "Ya! Kau jangan sembarang makan saja. Di Korea, ada adat yang mengharuskan yang muda harus menunggu yang tua terlebih dahulu untuk makan. Tidak boleh mendahului, tidak sopan." ujarnya. "Ya ya ya, baiklah. Paman cepatlah makan, aku sudah sangat lapar," jawabku. "Kau ini, selalu saja bilang kalau kau lapar. Memangnya di pesawat tidak dikasih makan, hah?", "oppa, sudahlah. Namanya juga masih remaja, pasti nafsu makannya sedang besar besarnya. Dee, sudah makan saja. Tidak usah kau urusi paman mu itu." ujar bibi membela ku.
Selesai membersihkan piring bekas makan ku, aku langsung memasuki kamar yang 'kata bibi' adalah kamar milikku. Pintu dibuka dan menampakkan kamar berwarna serba putih. Itu lah warna kesukaan ku, dan sudah pasti paman lah yang mendekor kamar ku ini. Karna dia yang tau warna kesukaanku.
Selesai aku berberes beres di kamar, aku pindah duduk di ruang tv. Di sana ada bibi yang sedang bersiap siap. Mungkin ingin bersiap untuk ke dokter gigi seperti yang paman bilang tadi di mobil. "Dee, paman ingin ke dokter gigi sebentar. Paman titipkan Yian padamu ya. Kamu sering kan menjaga adikmu yang masih kecil dulu? Sekarang tolong bantu paman ya sebentar saja untuk menjaganya. Kalau Yian dibawa, akan repot. Pasti nangis terus. Ok?" ujar paman, "baiklah. Tapi paman, tak apa kan jika aku membawa Yian ke sungai Han? Aku ingin sekali ke sana. Boleh ya?", "baiklah, tapi hati hati ya!", "siap paman!" ujarku sembari masuk ke dalam kamar untuk bersiap.
*
*Sekarang, di sinilah aku. Di salah satu taman yang ada di sekitar sungai Han. Tamannya sepi, hanya ada 5 orang di sini, termasuk aku dan Yian. Tapi, ada 1 orang yang membuat ku takut. Seseorang itu berpakaian sangat tertutup menggunakan jaket besar, topi, masker, beserta kaca mata hitam. Padahal sekarang masih menjelang sore. Dan udara di sini tidak dingin ataupun berangin.
Orang tersebut sedang bersender di pohon. Dikupingnya bertengger headset. Mungkin sedang mendengarkan musik, fikir ku. Tiba tiba, orang itu menengok ke arah ku yang sedang duduk di bangku taman bersama Yian. Mungkin dia sadar karna aku memperhatikannya sedari tadi.
Dia menatapku lama. Akupun juga. Lalu dia bangun dari duduknya. Aku pun panik, takut dengan gelagat orang itu. Aku langsung membereskan barang barang ku dan bersiap untuk bangun dari tempat itu. Aku takut diculik olehnya. Apalagi sekarang aku bersama Yian. Aku bisa mati diomeli habis habisan kalau Yian diculik orang tersebut. Ketika aku sudah selesai mempersiapkan kereta bayi Yian, aku segera mengambil Yian yang ada di sebelah ku. Namun ketika aku ingin mengambil, Yian sudah tidak ada di tempatnya. Matilah aku.
Yian, diculik.
*
*TBC.
------------------------------------------------------
Yayaya makin absurd. Typo itu manusiawi kan ya? Hahahaha. Btw, Dee itu dibacanya 'di' ya. Jgn sampe dibaca 'de' >.<
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi! Saranghamnida!
FanfictionNiat awal ku ke sini hanya untuk melanjutkan study ku, kenapa aku bisa menjadi terjebak di dalam hidupnya ahjussi ini sekarang? - Deesera Note: cerita murni datang dari imajinasiku, maaf kalau ada kesamaan tokoh/alur. Aku bersumpah tidak berniat mem...