part 12

837 52 2
                                    


Dia, Kim Taehyung.

Segera aku berlari menghindarinya menuju tangga darurat. Ku lihat ia ikut mengejarku. Aku tak mau tertangkap olehnya. Aku segera menaiki anak tangga dengan sangat terburu buru. Dan dia masih tetap mengikuti ku. "Sera, berhenti! Ada yang harus aku bicarakan." teriaknya. Aku hiraukan. Aku tetap melanjutkan menaiki anak tangga tersebut dengan cepat. "Sera, perlahan! Kau bisa terjatuh nanti!" teriaknya mengingatkan kepada ku.

Namun aku masih terus melanjutkan pelarian ku. Sampai kira kira di lantai 8, aku tidak sengaja terpentok tangga. "Aakh-" sungguh, ini sangat sakit. Aku tidak bisa melanjutkannya. "Sera, gwenchana? Tunggu di sana!" teriaknya. Aku sudah menyerah dengan keadaan seperti ini. Tak lama muncul wajahnya dihadapanku, hanya berjarak beberapa anak tangga dari depan ku.

"STOP! Jangan mendekat!" ucap ku. Ku lihat mukanya seperti mengkhawatirkan aku. Napasnya tersengal, sama seperti ku. "Sera," ucapnya pelan sambil perlahan menaiki anak tangga ke arah ku. "Jebal.. Ku mohon, jangan mendekat.." ucap ku lirih menahan air mata ku. "Kaki mu.." ucapnya sambil mendekat ke arah ku. "Tidak ap--". Dia langsung mendekap ku, erat. Pecah sudah tangisan ku. Aku kalah. Ku akui aku masih menyukainya-- ah maksud ku mencintainya. Aku tidak bisa melupakannya. Persetan dengan perasaan orang lain.

Kami diam dengan posisi seperti ini agak lama. Sampai dia memecahkan keheningan dengan suaranya, "apa kau tidak merindukan ku?" tanyanya yang hanya ku balas gelengan kepala. Dia melepaskan dekapannya. Dia menangkup pipi ku dengan kedua tangannya, menghapus sisa air mata ku yang tumpah. "Tidak apa apa kau tidak merindukan ku. Kau berada di dekapan ku sekarang saja sudah membuat ku bahagia." Cheesy-nya belum hilang ternyata.

Dia membawaku duduk di anak tangga. Mungkin agar aku tidak pegal karna berdiri lama lama. Dan juga kan kaki ku sekarang sedang terluka. Dia duduk di sebelah ku. Tangannya direnggangkan ke pundak ku. Mendekap ku erat. Ku sandarkan kepala ku ke bahu kanannya. "Maafkan aku.." dia membuka pembicaraan. Aku hanya membalasnya dengan anggukan. "Sejujurnya, aku tidak berniat untuk membohongimu. Hanya saja, aku berfikir, lebih baik aku menyembunyikan identitas ku. Karna, kalau kau tahu, aku takut kau tidak mau berhubungan dengan ku. Seperti sekarang ini." ucapnya.

"Aku tahu aku salah telah melibatkanmu dalam hubungan ini. Seharusnya aku tidak mendekatimu sedari awal. Seharusnya ku pendam saja rasa ku ini kepada mu. Hanya saja, aku tidak bisa menahannya. Aku jatuh cinta pandangan pertama kepada mu." sambungnya. Aku membalasnya dengan pukulan kecil di dadanya, "ck, cheesy sekali. Sudah berapa perempuan yang sudah kau kirimi kata kata seperti itu?" , "hanya satu. Hanya kau. Kau lah orang pertama yang membuat ku jatuh cinta. Perempuan pertama yang ingin aku lindungi setelah ibu ku. Kau. Hanya kau, Deesera." ungkapnya.

Aku menatapnya. Dan dia juga menatapku. Ku lihat tidak ada keraguan di matanya. "Omongan mu, benar benar seperti seorang ahjussi!" ledek ku. "Ya! Kau ini! Sudah ku bilang, aku tidak setua itu!" jawabnya sambil melepaskan tangannya dari pundak ku. Tangannya mendekap tangannya yang satu lagi. Bibirnya di-pout-kan. 'Jadi ceritanya dia ngambek?' fikir ku. "Ya! Bibir mu tidak usah seperti itu! kenapa kau yang marah? Aku kan hanya berkata seperti itu. Seharusnya aku yang marah karna kau telah membohongi ku!" ujar ku. Mukanya langsung berubah masam.

Dia menggenggam tangan ku, menatapku dengan dalam. "Sera, sungguh. Maafkan aku. Aku tidak berniat seperti itu," ucapnya lirih. Ku balas dengan senyuman, sambil berkata "gwenchana, aku sudah memaafkan mu." jawab ku. Seketika matanya langsung berbinar. Dan dia segera memelukku kembali. Namun hanya sebentar. "Ayo! Kau kuantar pulang. Ini sudah malam, dan kau tidak bisa berjalan bukan? Jadi aku akan menggendongmu. Ingat, aku tidak menerima penolakan!" ujarnya. Aku hanya bisa menghembuskan nafas, "baiklah."

Dia berjongkok membelakangiku, "ayo naik!" ucapnya. Aku segera menaikinya/? dan ia membawa ku turun beberapa anak tangga menuju pintu keluar untuk menuju lift. Di lift pun ia masih menggendongku. Sampai di depan apartmen paman ku pun dia masih menggendongku, "turunkan aku, ahjussi!" pintaku. "Tidak! Sebelum kau memanggil ku 'Oppa' " ucapnya. "Ya! Haish! Jebal.. turunkan saja cepat!" , "tidak! Tidak akan sampai kau memang--" , "baiklah. Oppa, tolong turunkan aku." ujar ku mencoba semanis mungkin.

Dan ia pun langsung menurunkanku perlahan. Dia langsung menghadapku, memegang kedua pundak ku sambil menatapku dan berkata, "bisakah kau mengulanginya lagi?" pintanya. "Tidak akan!" , "haish! Kau ini menyebalkan!" ujarnya sambil menarik kedua pipi ku. "Aw- sakit!" ucapku. "Biar saja! Wlee" ucapnya meledek ku. "Sudah kau pulang saja sana, ini sudah larut malam." ucapku. "Cieee.. kau mengkhawatirkan aku ya? Baiklah aku pulang dulu, kau habis ini obati dulu luka mu, habis itu baru kau boleh tidur! Mengerti?" ujarnya.

"Ne, ne, ahjussi." jawabku. "Ohiya, kau! Jangan lupa Mengunblock line ku lagi! Atau tidak, aku akan meneror mu sepanjang malam dengan hp hyung ku! Aku menghafal id line mu, ingat itu!" , "heol. Percuma kau hafalkan, aku sudah mengganti id line ku. Hahaha" ujar ku berbohong. "Ya! Awas saja kau! Aku tetap akan mencari id line mu dengan cara apapun itu. Lihat saja!" , "Ya ya sudahlah terserah kau. Intinya aku lelah berdebat dengan mu. Cepat pergi sana!" usir ku. "Ne, baiklah. Jalja!" ucapnya sambil melambaikan tangannya kepada ku dan perlahan jalan mundur ke arah lift. "Jalan yang benar! Nanti kau tertabrak sesuatu!" teriak ku. Dia masih berjalan mundur ke arah lift. Hanya untuk menatap ku sambil melambaikan tangannya. "Awas!"

Praanggg. Benar saja kan. Dia menabrak tempat sampah. Aku hanya bisa menggelengkan kepala ku. Dan dia hanya bisa memamerkan senyum kotaknya. Tak lama dia langsung memasuki lift, dan aku memasuki apartmen paman ku. "Aku pulang!"

*
*

TBC

------------------------------------------------------

Ahjussi! Saranghamnida!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang