Part 1

21.1K 1.3K 81
                                    

Seoul, 20 November 2020.

Deru langkahnya semakin gesit tatkala mengingat seseorang yang sedang sekarat di atas ranjang sana. Ia terus memfokuskan pandangannya ke segala arah. Hatinya sudah berdebar tak karuan di bawah kendala jantungnya sendiri. Ia pun sedikit berlari kecil di sepanjang koridor rumah sakit ini.

Akhirnya, usaha larinya tak terbuang sia-sia. Ia kini telah menemukannya. "Dokter Cha, pasien VIP ruang 84 keadaannya kritis. Tekanan darahnya 140/90 mmHg. Anda harus segera mengecek keadaaannya, Dok."

Seseorang yang dipanggil Dokter Cha itu pun nampak terkejut. Ia pun segera melupakan makan siangnya dan bergegas dari tempat duduknya. "Baiklah, siapkan alat-alat ventilasinya. Berapa tekanan darah Nyonya Oh sebelumnya?"

Perawat itu segera mengecek buku rekam medisnya. "Beliau sebelumnya berada di tekanan darah normal 110/60 mmHg." Yang mendapat jawaban darinya hanya mengganggukkan kepala.

"Appa, apa Eomma akan baik-baik saja? Mengapa Eomma tidak mau diam?" Dari suaranya tersirat kekhawatiran di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Appa, apa Eomma akan baik-baik saja? Mengapa Eomma tidak mau diam?" Dari suaranya tersirat kekhawatiran di dalamnya. Ia sangat takut dengan kondisi Ibunya itu. Meskipun masih di bawah umur, ia sudah dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang dewasa. Sifatnya itu merupakan turunan dari 'Ibu'nya-mungkin.

Seseorang yang diajak bicara hanya diam mematung, ia tidak bisa mencerna perkataan yang dilontarkan Anaknya tadi. Semua pikirannya tersita atas keselamatan Istrinya. Ia sangat takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang sangat ia cintai itu. Namun, ia segera sadar dari lamunannya tatkala mendengar seruan dari Putra kesayangannya.

"Appa..Appa..mengapa Appa diam saja? Eomma akan sembuh'kan?"

Sehun segera menganggukkan kepalanya menyakinkan Anaknya bahwa Ibunya yang berada di dalam sana akan baik-baik saja. "Tenanglah, Eomma pasti akan segera sehat dan kembali berkumpul bersama kita. Tadi itu Eomma hanya sedang menetralkan tubuhnya karena sudah lama berbaring. Kita berdoa saja semoga Eomma diberi kekuatan. Kau, anak Appa yang paling tampan jadi tak boleh cemberut seperti itu. Yoonse harus tetap tersenyum."

Yoonse langsung membentuk lengkungan tipis di bibirnya. "Tapi Appa harus berjanji jika kita akan bersama kembali!"

"Baiklah. Yoonse bisa pegang janji Appa di sini." Sehun menempelkan tangan kanannya pada dada Yoonse.

Sehun dihadiahi pelukan hangat dari Yoonse. Ia pun dengan senang hati membalas rengkuhannya dengan lebih erat.

"Appa..?" Hanya dibalas dehaman halus dari Ayahnya.

"Mengapa Yoonse tidak boleh mengetahui nama Eomma? Apa anak kecil seperti Yoonse tidak boleh tahu nama Eomma Yoonse sendiri? Mengapa Yoonse hanya boleh tahu nama Appa?"

Sehun tersentak akan pertanyaan Anaknya. Ia melonggarkan rengkuhannya, kemudian menatap hazel indah warisan Ibunya itu dalam. "Apa Appa pernah melarang Yoonse mengetahui nama Eomma?"

HOLD ON - [Sehun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang