BAB 1

7.5K 404 17
                                    


"Menurutmu, suamimu tahu tentang hubungan kita, Sayang?" Pria itu mengecup kening kekasihnya seraya memeluknya dengan penuh kerinduan.

"Kalaupun dia tahu, aku tidak peduli," seru wanita itu. "Aku terlalu lelah bersembunyi. Aku ingin memberitahu semua orang tentang cinta kita."

"Oh, cintaku." Pria itu menunduk. Kini hudungnya bersentuhan dengan hidung si wanita dengan cara yang sama sekali tidak romantis.

"Cut!"

Kim Jaejoong terlonjak mendengar perintah bernada kesal dari pengeras suara.

"Ada apa dengan kalian? Mengapa tidak bisa melakukan semua adegan dengan benar? Sudah satu setengah jam kita membuat adegan sialan ini." Suasana hening, para artis dan kru jadi salah tingkah. "Aku akan turun."

Jaejoong mengamati dengan penuh minat waktu si artis menoleh ke arah pemeran utama pria dan berkata sengit, "Aku yang seharusnya menghadap ke kamera satu, Yunho. Bukan kau."

"Kalau begitu sebaiknya kau belajar berhitung dulu, Taeyeon. Itu kamera tiga. Lagi pula, apa kau tidak takut kamera satu akan menampakkan bekas operasi plastik wajahmu?"

"Brengsek," desis si aktris sambil menerobos para juru kamera yang tersenyum geli dan melangkah cepat melintasi lantai beton studio televisi ke arah ruang ganti pakaian.

Seluruh kejadian tadi menggelitik rasa tertarik Kim Jaejoong yang takjub ketika mendapati dirinya berada di lokasi syuting Wedding Scandal, sinetron siang yang populer. Dia tidak pernah menonton televisi siang hari, karena dia selalu bekerja, tapi semua orang di Korea tahu tentang acara ini. Banyak wanita karier sengaja mengatur jam makan siang mereka bertepatan dengan jam tayang drama ini agar bisa tetap mengikuti petualangan seksual dan krisis pribadi Dr. Cha Bong Gun.

Beberapa hari yang lalu Dr. Kang Moo Yeon, pendiri Shinki Institute for the Deaf -Institut Tuna Rungu Shinki- tempat Jaejoong menjadi guru, memberinya tawaran pekerjaan menjadi tutor pribadi.

"Kita punya siswi disini, Jung Jiyool yang ingin dikeluarkan ayahnya dari sekolah."

"Aku tahu siapa Jiyool," kata Jaejoong. "Dia hanya menderita tuli parsial, tapi sama sekali tidak mau berkomunikasi."

"Karena alasan itu ayahnya sangat prihatin."

"Ayah? Tidak ada ibu?"

Dr. Kang ragu-ragu sebentar sebelum berkata, "Tidak, ibunya sudah meninggal. Pekerjaan ayahnya tidak biasa. Pria itu terpaksa menitipkan Jiyool pada kita sejak masih kecil. Anak itu tidak bisa menyesuaikan diri. Sekarang si ayah ingin mempekerjakan turor pribadi untuk tinggal bersamanya di rumah. Kupikir kau mungkin berminat, Jae."

Jaejoong mengerutkan sedikit alisnya yang berwarna hitam kecoklatan, "Entahlah. Bisakah Anda jelaskan lebih spesifik?"

Wanita yang sudah beruban dan memiliki mata kecoklatan yang cerdas itu mengamati gurunya yang penuh dedikasi. "Saat ini tidak. Aku bisa memberitahumu bahwa Tuan Jung ingin si tutor membawa Jiyool ke Seoul dan tinggal disana. Dia punya rumah di kota kecil di pegunungan." Dr. Kang tersenyum lembut. "Aku tahu kau ingin menginggalkan Jeju. Dan kau jelas memenuhi syarat untuk menangani pekerjaan seperti ini."

Jaejoong tertawa pelan. "Karena besar di Jeju aku menganggap terlalu bosan disini ingin mencoba untuk keluar. Sudah delapan tahun disini, tapi tetap saja aku merindukan tempat-tempat terbuka yang luas."

Dia menyibakkan seuntai rambut hitamnya yang jatuh di kening. "Menurut pendapatku, Tuan Jung seperti mengelak dari kewajiban mengurus anaknya sendiri. Apakah dia termasuk jenis orang tua yang membenci anaknya karena tuli?"

Eloquent SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang