Beberapa hari berikutnya berlalu dengan indah. Yunho ternyata suami yang menggebu-gebu dan jarang merelakan Jaejoong jauh darinya.tidur sekamar tidak cukup. Pria itu harusnya menyentuhnya, kalau tidak dengan tangannya dengan matanya. Malam-malam mereka diisi dengan gairah yang membuat mereka berdua takjub. Di siang hari jika Jiyool sedang bersama mereka, mereka menceritakan kebahagiaan mereka pada anak itu dan ia ikut gembira.
Mereka sering pergi ke desa berjalan di antara toko-toko yang mengapit jalan-jalan berbukit yang indah. Sesuatu siang mereka mengunjungi Shim Changmin di toko kerajinannya. Pria itu menerima mereka dengan hangat dan tak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia ingat kekasaran sikap Yunho ketika mereka terakhir bertemu. Jaejoong bersyukur ketika Yunho berul-betul ber-inat pada karya Changmin dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sopan tentang berbagai benda yang dipajang di etalase. Kedua pria itu meskipun berbeda bagai bumi dan langit ternyata bisa juga asyik mengobrol. Meskipun demikian, Yunho selalu memeluk bahu Jaejoong dengan posesif. Itu merupakan pertanyaan kepemilikan yang disadari Changmin.
Mereka menikmati acara jalan-jalan mereka, tapi saat favorit mereka adalah malam-malam tenang di rumah, duduk di dekat perapian, bertukar pikiran sambil minum sebotol anggur.
Jaejoong biasanya duduk di sudut sofa sementara Yunho telentang dengan kepala di pangkuan Jaejoong seperti yang dilakukannya ketika orangtua Jaejoong tiba-tiba datang berkunjung. Yunho menceritakan ambisi-ambisinya, tangannya bergerak-gerak ekspresif matanya berbinar-binar penuh semangat.
Tapi tidak peduli seberapa serius topiknya, pembicaraan mereka selalu pelan-pelan berakhir. Tangan Yunho tadi menegaskan perkataannya mulai mengusap dan membelai Jaejoong sampai api di perapian tidak ada apa-apanya dibandingkan lautan api yang berkobar-kobar di antara mereka.
Ketika orangtuanya menelepon sebelum kembali ke Jeju, Jaejoong tidak perlu berpura-pura bahagia. Dia meminta mereka mampir ke Mirotic, namun berbagai kewajiban mengharuskan mereka pulang segera setelah konferensi pendeta usai. Jaejoong menutup telepon, memberitahu mereka bahwa dia sangat bahagia. Karena saat itu memang begitulah perasaannya.
Mereka berjalan-jalan jauh ke tengah hutan setelah Jaejoong dan Jiyool menyelesaikan pelajaran dan sebelum Junsu dan anak-anaknya datang untuk belajar bahasa isyarat. Sering Jaejoong membawa bekal untuk makan siang dan mereka duduk di selimut tua dan makan dengan santai di tepi kali dan di bawah pohon-pohon aspen yang sekarang gundul karena sebentar lagi musim dingin.
Suatu siang yang cerah saat berjalan-jalan seperti itu, setelah mereka selesai makan, Jiyool mengantuk dan tidur, bergelung di atas selimut. Yunho bersandar di pohon dan menarik Jaejoong di antara kakinya yang menekuk, menekan punggungnya ke dadanya yang bidang.
“Bisa-bisa aku mengikuti jejak Jiyool kalau aku merasa semakin nyaman,” gumamnya mengantuk sambil menyandarkan kepala di dada pria itu.
“Silahkan saja,” kata Yunho di rambutnya dan menghamparkan selembar selimut lagi di atas tubuh mereka.
Napas teratur Yunho bagai lagu pengantar tidur yang tak sanggup dilawannya dan tak lama kemudian Jaejoong sudah tidur. Dalam keadaan antara pulas dan sadar, pikiran-pikiran meresahkan mengganggu ketenangan yang menyelimutinya. Selama berhari-hari dia berhasil menyingkirkan Ahra dari benaknya. Perasaan sayang Yunho tak perlu diragukan tapi ketika sedang bercinta pun tak pernah sekali pun pria itu mengucapkan cintanya.
Pernahkah dia dan Ahra duduk seperti ini? Apakah percintaannya dengan Ahra lebih panas? Bisakah dia mencintai Jaejoong seperti ia mencintai Ahra? Jaejoong pasti bergerak-gerak resah karena berbagai pikiran mengganggu itu. Yunho memeluknya lebih erat dan berbisik, “Mimpi buruk?”
Jaejoong menggeleng, namun lamunannya telah membuyarkan kebahagiaan hari ini dan menimbulkan secercah keraguan dalam hatinya. Tepat ketika akan menegakkan tubuh dan menjauh dari Yunho, dia merasakan tangan pria itu menjelajahinya. Yunho menghentikan tangannya di pinggangnya dan menyusupkannya di antara sweter dan pinggang jinsnya. Gerakan itu sudah cukup untuk menimbulkan gelenyar gairah yang membuatnya pasrah dan tak berdaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eloquent Silence
FanfictionJaejoong mendapati tugas mengajar Jiyool seorang anak tuna rungu. Ternyata ayah anak itu adalah Jung Yunho seorang aktor terkenal pujaan para wanita.Pekerjaan itu mengharuskan Jaejoong tinggal bersama Jiyool di rumah peristirahatan Yunho. Rupanya Yu...