Aku menyukai senyumnya seperti menyukai permen gula-gula.
Aku menyukai aroma tubuhnya seperti mencintai harum parfum merk ternama.
Dia memberiku seberkas harapan, tapi tidak menunjukkan tanda-tanda perealisasian.
Tak apa, meski hanya sebatas itu.
Aku masih tetap menyukai caranya bergerak. Seperti awan yang perlahan melaju mengarak.
Aku masih tetap menyukainya, bagai nyaman ketika dengar rintik hujan.
Tapi, ternyata rasa sukaku perlahan kalah oleh jenuh.
Aku mulai tidak lagi menyukainya seperti aku suka hujan.
Ternyata, dia tidak sama. Dia dan hujan tidak bisa didefinisikan dengan kalimat yang sama.
Hujan menenangkah, dia...menggundahkan.
Nov, 26
KAMU SEDANG MEMBACA
WORDS - Write It Down
Random"Kadang kita hanyalah jiwa yang bisu. Tak mampu berkata kemudian menipu. Berharap baik baik saja, padahal sakit di jiwa. Bilang tak apa-apa, tapi berharap tatapan mengapa."