malam penerbitan (part 2)

652 35 1
                                    

Jam 7 tepat, Lian dan Aldo sampai di sebuah hotel dengan desain klasik ala ala bangunan inggris, di padu dengan warna cat putih dan krem. Sangat elegan. Aldo keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Lian

"Silahkan tuan putri" Aldo tersenyum manis dan membungkukkan badan seperti seorang pangeran kepada putrinya

"Makasih" Lian tersenyum. Pipinya bersemu. Ia turun dari mobil, tangannya di gandeng Aldo memasuki hotel atrium. Lian dan Aldo naik ke lantai 20. Tak butuh waktu lama mereka sampai di lantai tersebut. Lian dan Aldo memasuki ruangan yang sudah banyak orang itu. Desain ruangan itu sengaja di buat serba merah. Tampak hidup dan manis di mata. Aldo mengajak Lian ke dalam keramaian orang yang ada di lantai 20. Sampai akhirnya mereka berdua bertemu dengan Anya, Katrin, dan Nadin.

"Hei! Sini!" Nadin melambai lambaikan tangan ke arah Lian dan Aldo.

Lian menatap Aldo seolah meminta persetujuan apakah dirinya boleh ke sana atau tidak. Aldo yang seolah mengerti maksud Lian langsung menganggukan kepala dan tersenyum manis. Oh iya memang sangat manis. Kali ini Lian yang menarik tangan Aldo menuju teman temannya.

"Cieilehh! Gaya bet deh! Pasangan baru" Katrin tersenyum mengangkat satu alisnya.

"Elah. Mentang mentang pacar baru! Eneng di tinggalin!" Nadin melipat kedua tangannya di depan dada alisnya menyatu seolah olah dirinya tengah marah.

"Tau tuh! Gue diduain dah" Anya ikut ikutan sok sokan marah

"Apa bet deh kalian betiga mah" Lian menatap ketiga temannya itu dengan tatapan sok sokan bingung

"Sok manis deh Lian di depan Aldo, cieilehh gaya gayaan deh lo cuk" Nadin menyenggol bahu Lian pelan

"Ah kaga" pipi Lian bersemu "eh iya kenalin dah, ini Aldo"

"Hai gue Aldo. Salam kenal" tangan Aldo terulur siap untuk menjabat tangan mereka satu persatu sambil tersenyum manis. Bisa di bilang manisnya melebihi takaran sakarin satu sendok makan.

Lalu ketiga teman Lian itu menjabat tangan Aldo satu persatu. Nah ini nih biang keroknya kalo kaga pernah salaman ama cogan ya kek Nadin gini contohnya.

"Ampun deh, yaollloh senyumnya manis bet ngelebihin pemanis buatan yaolloh. Meleleh deh uwe" Nadin kumat lebaynya. Tangannya masih betah aja nempel di tangan Aldo. Aldo menatap Nadin bingung. Biasa lah ya namanya juga jones. Wajar kalo liat cogan kek Liat taneman toge setinggi taneman kelapa.

"Ekhemm!! Tangannya mbak" Lian berdehem sambil melirik ke arah Aldo dan Nadin

Nadin langsung melepas jabatan tangan itu dan nyengir kek kuda yang abis di kasih makan dan berbisik ke telinga Lian "Heehhee mangap li, habis pacar lo bikin uwe meleleh tak berdaya"

"Lebay lo cuk! Tai! Udah ah gue mau ke sana dulu bye! " tanpa menunggu jawaban dari ketiga temannya Lian langsung menarik tangan Aldo ke sudut lain di ruangan itu.

"Eh, yang itu bangyan kan? Sama cewek dia?" Aldo berbisik sambil tangannya mengacungkan ke arah orang yang di maksud.

"Hah ? Mana?" Mata Lian seketika bergerilya mencari cari bangyan

"Itu tuh"

"Woalah. Eh iya lho sama cewek beneran gandengan pula. Gue kira abang gue itu homo." Lian menggeleng gelengkan kepala

"Ngaco deh yang ngomongnya" Aldo terkikik geli

"Yaudahlah biarkan mereka berdua berkembang. Ntar kalo udah saatnya pasti bangyan bakalan cerita. "

Aldo mengangguk. Jam 8, acara pembukaan di mulai, di lanjutkan dengan acara peresmian penerbitan novelnya Lian. Lalu acara yang di tunggu tunggu yaitu menikmati hidangan yang di sediakan alias makan makan. Lian berdiri di dekat teras hotel tingkat 20 itu. Sorot matanya kosong. Tatapannya menerawang jauh ke depan. Entah apa yang di fikirkannya saat ini. Yang jelas pikirannya sekarang tengah bercabang bak ranting pohon. Tiba tiba ada seseorang yang berdiri di sebelah Lian, menyodorkan segelas minuman ke arah Lian.

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang