penjelasan dan kejelasan

568 32 0
                                    

sudah 2 minggu ini Lian melakukan penghindaran dari semua yang berhu
bungan dengan Rano. lebih tepatnya menghindari sebuah perasaan yang muncul dan semakin lama semakin besar. jam pelajaran sudah berlalu semenjak satu jam yang lalu. tetapi Lian masih tetap diam di tempat yang sama. otaknya berpikir keras untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya. dan akhirnya keputusannya sudah final. ia harus menjelaskan semua. ia harus menerangkan semua. ia harus memberi kejelasan kepada Rano tentang apa yang ia rasakan. yah. ia harus menjelaskannya. Lian melirik jam tangan yang terpasang manis di tangan kanannya. jam 5. ia tahu bahwa hari ini ada ekskul basket. dan Rani pasti ada di sana. karena Rano adalah kaptennya. dan pasti ekskul itu sudah selesai semenjak 5 menit yang lalu. dengan penuh keyakinan Lian melangkahkan kakinya menuju lapangan basket in door yang tidak jauh dari kelasnya. berharap laki-laki itu masih ada di dalamnya. benar saja. ketika ia sampai di depan pintu, di lihatnya lelaki yang di carinya itu tengah sibuk mempraktekan berbagai macam teknik basket. dilangkahkan kakinya itu perlahan mendekati lelaki itu. lelaki yang tadinya sudah mendrible bola basket dan berniat memasukkan bola ke dalam ring menjadi terhenti karena mendengar suara derap langkah kaki yang mendekatinya.

"desky?" wajah Rano tampak sedikit terkejut

"gue mau ngomong" Lian menjauh dari Rano dan mendekati bangku tempat penonton.

Rano diam. tapi detik kemudian dia mengikuti langkah Lian dan ikut duduk di samping Lian.

"maaf" Lian menundukkan kepalanya

"buat?"

"buat penghindaran gue atas elo, maaf gue gak bermaksud buat menghindar, gue cuma butuh waktu aja buat mengerti semua" Lian diam. kemudian ia mengambil nafas dan menghembuskannya dengan pelan.
"gue tau gue salah, gak seharusnya gue ngehindar dari elo,"

Rano memegang tangan Lian. di elus elusnya tangan itu dengan penuh kelembutan.

"gak usah minta maaf, gak ada yang salah, gue tau elo butuh waktu buat ini semua"

diam. kembali suasana hening. hanya mata Lian dan Rano yang beradu.

"lo tau gak?"

"apa?" Kening Rano sedikit berkerut

"lo itu kayak pertanyaan matematika yang gak pernah ada jawabannya. gue berusaha ngehindar buat ngejawab soal lain, tapi pada akhirnya setelah gue nyelesaiin semua soal kecuali elo, dan lagi-lagi gue harus cari penyelesaian soal itu." Lian kemudian memotong perkataannya. lalu melanjutkannya kembali

"tapi ketika gue nyerah sama soal itu dan pasrah, akhirnya gue nemuin jawabannya"

"apa?"

"jawabannya adalah elo" Lian tersenyum

kening Rano berkerut, nampaknya ia berusaha memahami perkataan Lian barusan. dan akhirnya ia tersadar akan sesuatu.

"jadi? elo?" Rano nampak terkejut

seakan paham apa maksud pertanyaan rano, Lian menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Rano kemudian melangkah mengambil bola basket di bawah ring dan menghampiri Lian kembali untuk duduk di sampingnya.

"mungkin ini bukan momen yang kamu harapin, mungkin ini terkesan kacau, mungkin ini sama sekali gak romantis, aku langsung aja ya, mau gak kamu jadi pacar aku? kalo iya ambil bola basket ini,  kalo enggak buang bola basket ini" Rano menyodorkan bola basket itu layaknya sebagai perumpamaan bunga

Lian diam. ia sok-sokan berpikir. karena ia suka melihat muka Rano yang sedang gelisah seperti saat ini. lucu aja. jadi nambah ganteng, eh.

Lian akhirnya mengambil bola basket yang di sodorkan Rano "iya aku mau"

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang