pertemuan yang tak di sangka

628 27 0
                                    

hari begitu terlalu cepat berganti. minggu menjadi senin, senin menjadi selasa, selasa menjadi rabu, rabu menjadi kamis, kamis menjadi jumaat, jumaat menjadi sabtu, dan sabtu menjadi minggu. minggu pagi ini Lian sudah rapi dengan balutan trening hitam adidas, kaos hitam putih panjang, sepatu adidas putih , dan tak lupa topi kesayangannya itu. entah ada angin apa, hari ini, sepagi ini, Lian sudah ada niatan jogging. ia jogging berkeliling komplek sekitaran rumahnya saja. sendirian tanpa ada teman maupun pasangan (eakk jones). Soalnya pagi pagi hari minggu bang yan mah belum bangun. Masih ngebo dia. Jadi Lian memutuskan untuk jogging sendiri.

setelah sekitaran jam enam dia memberhentikan langkahnya di sebuah taman dekat kompleksnya. Ia duduk di sebuah bangku panjang putih dan bersandar di situ. Diambilnya air mineral yang tadi ia beli. Di teguklah air minum tadi. Dan seketika tenggorokan Lian serasa segar kembali. Ia mengatur napasnya. Setelah merasa napasnya kembali normal, ia memejamkan mata sejenak. Menikm hawa semilir udara pagi. Ah, sungguh kali ini Lian merasa seperti hidup kembali. Ia membuka matanya. Mengedarkan pandangannya ke sekitar taman. Tampak anak anak kecil yang berlari larian di sekitar taman, saling bercanda satu sama lain. Dan terlihat beberapa keluarga yang sedang asik bercengkrama dan melontarkan candaan satu sama lain. Lian hanya tersenyum miris. Dalam hatinya ia berkata. Andai saja papah dan mamahnya itu bisa meluangkan waktu sedikit hanya untuk sekedar pulang ke Indonesia menjenguk anaknya. Ah mungkin Lian terlalu berharap tinggi, jangankan di jenguk, untuk menghubungi lewat telpon saja tidak pernah di sempatkan oleh kedua orangtuanya itu. Lian hanya bisa berharap suatu saat nanti keluarganya bisa lengkap seperti layaknya keluarga normal. Lian menghemuskan napasnya kasar. Ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan kembali ke rumahnya, ia melihat seorang gadis seumurannya sedang ngumpat kesal pada mobil putih yang ada di depannya. Karena rasa keingintahuan Lian sangat besar, ia memutuskan untuk menghampir gadis itu.

"Ekhem, permisi" Lian berusaha seramah mungkin

Gadis itu membalikkan badannya, menghadap Lian "iya?"

"Ada yang bisa gue bantu mungkin? Kayaknya lo ada masalah sama mobil lo?" Lian mencoba bertanya

"Oh, iya, gak tau nih, mobil gue mogok tiba-tiba, padahal tadi baek baek aja tu mobil"

"Oh, mogok, sini biar gue liat dulu" Lian menghampiri mobil putih milik gadis itu, ia membuka kap mobil itu. Lian mencoba mengutak atik, mencari-cari sesuatu yang membuat mobil itu mogok. Sedangkan gadis pemilik mobil itu hanya bisa diam dan terbengong bingung.

"Sekarang lo coba deh nyalain nih mobil"

Gadis itupun menuruti perintah Lian, dan ajaibnya mobil itu menyala kembali . Gadis itu tampak kegirangan dan senang.

"Thanks ya, btw gimana lo bisa benerin nih mobil? Canggih juga lo" gadis itu tersenyum manis ke arah Lian.

"Urwell, itu mah urusan kecil buat gue" Lian mengedipkan sebelah matanya.

"Kalo gue ketemu lo lebih awal tadi, gue gak perlu repot-repot ngehubungin pacar gue buat nyusul ke sini" gadis itu terkekeh pelan.

"Ya lo bilang aja sama pacar lo kalo mobil lo udah gak mogok"

"Udah terlanjur, katanya dia udah deket dari sini, biarin deh, sekalian gue juga mau jalan sama dia"

Lian hanya mangut-mangut.

"Eh, btw nama lo siapa?"

"Lian"

"Nama yang keren, gue Melati" Melati tersenyum manis.

Lagi-lagi Lian hanya mangut-mangut. Ia memperhatikan wajah gadis bernama Melati ini lekat-lekat. Gadis ini manis, lucu, dan ramah. Lian suka cara gadis ini tersenyum dan berbicara.

"Lo sekolah dimana?" Melati tampak antusias

"Gue sekolah di..." Perkataan Lian terpotong

"Eh, kayaknya itu pacar gue deh" Melati menunjuk seseorang yang keluar dari taksi. Seseorang itu tersenyum manis ke arah gadis yang ada di samping Lian. Lian mengamati wajah cowok itu dengan lekat-lekat. Ia kenal betul siapa pemilik senyum itu, ia kenal betul cara berjalan cowok itu. Dan ketika cowok itu benar-benar ada di depan Lian, senyuman cowok itu memudar dan tergantikan dengan wajah terkejut.

"Desky?" Hanya sepatah kata itu yang keluar dari mulut Rano

"Rano?" wajah Lian tak kalah terkejut dengan Rano.

"Loh? Kalian udah saling kenal?" Melati bingung

"Iya, dia temen sekolah aku" jawab Rano santai

"Oh gitu,"

"Eh, em, kenalin Des, ini Melati"

"Aku udah kenalan kok ran sama dia, iya gak li?"

Lian mengangguk dan tersenyum

"Eh, gue sama Rano pergi dulu ya, btw thanks ya yang tadi"

Lagi-lagi Lian hanya mengangguk pelan. Rano mengamati Lian dengan lekat. Ia seperti tidak bisa berkata apa-apa. Detik kemudian, Rano menyusul Melati masuk ke mobil dan menancapkan gas. Dalam hitungan detik mobil itu sudah menghilang di tikungan.
Untuk sesaat Lian masih saja diam di tempat pada posisinya. Bagaimana kejadian ini bisa terjadi? Apakah tadi itu kenyataan? Lian mencoba mencerna semuanya. Dan ia akhirnya paham, bahwa gadis yang ia tolong tadi, yang berbicara dengannya tadi adalah sesosok yang telah berhasil mengisi kekosongan hati sang Hirano Putra Sadewa. Harusnya ia senang bahwa Rano sudah bahagia, tidak kesepian lagi. Tapi apa yang telah terjadi pada dirinya? Kenapa ia merasakan sesuatu yang melukai hatiya? Apakah benar ia telah menaruh hati kepada cowok yang akhir-akhir ini masuk ke dalam hidupnya? Lian menepis pikirannya itu. Ia memutuskan untuk segera pulang ke rumah dan mandi air hangat agar pikirannya kembali segar.
***

Di dalam mobil, Rano masih diam saja. Ia tidak berbicara apapun. Sampai akhirya Melati membuka pembicaraan.

"Eh, cewek tadi itu baik ya ran?"

"Iya, dia baik"

"Kok kamu bisa kenal gitu sama dia?"

"Dia temen satu kelasku"

"Oh, cewek tadi itu orangnya asik ya, baik pula. Gue suka sama cara dia senyum, cara dia bicara, ekspresi wajahya, gue pengen deh ketemu dia lagi" Melati tampak antusias.

"Semua yang lo bilang itu bener mel, dan gue setuju sama lo, makanya gue gak mau kehilangan dia" Rano membatin dalam hati

"Semoga saja" Rano menatap lurus ke depan. Ia mencoba fokus menyetir. Tapi hal itu gagal. Dirinya kini terbayang bayang akan Lian. Lian sekarang tau bahwa hatinya sekarang sudah ada yang punya. Hatinya sudah ada yang memiliki. Kenapa hatinya gelisah seperti ini? Ia tidak pernah tau bagaimana perasaannya sekarang. Hatinya mengambang antara kedua gadisnya itu. Entahlah dia juga tidak tahu. Tapi minggu pagi itu, matahari menjadi saksi pertemuan dua buah insan yang tak pernah di duga sebelumnya. Pertemuan antara dua orang yang mencintai dan di mencintai. Dans satunya lagi hanya mencintai .

***

Hai guys, maaf update lama, soalnya banyak ulangan sama tugas. Jangan lupa komen and like. Jangan coba menjadi pembaca gelap. Salam jomblo

311016

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang