terulang kembali

247 16 0
                                    

Lian tengah mengutak atik laptopnya Mengetik tugas makalah yang harus di kumpulkan besok itu juga. Dan ketiga sahabatnya itu juga ada di rumahnya. Memenuhi kamar Lian. Akhir-akhir ini Lian menyibukkan diri. Berusaha mengalihkan fokusnya ke hal-hal yang membuat pikirannya menjadi kacau.

"li,"

"hmm?" Lian hanya bergumam

"ada makanan gak?"

"ambil aja di kulkas"

"li,"

Tak ada sautan dari panggilan Nadin

"li," sekali lagi Nadin memanggil Lian

"ck, apaan sih" Lian akhirnya menghentikan aktivitas mengetiknya. Membalikkan badannya ke arah Nadin.

"lo itu jangan nyibukin diri dengan memperlelah badan lo, nanti lo sakit, lo belum makan kan dari kemaren? "

Lian sejenak diam, lalu kemudian menggeleng pelan.

"kalo sakit gimana?"

"ck, brisik aja lo kaya emak gue" jawab Lian ketus

"iya li, tu liat, mata lo ada lingkaran itemnya tu, ngalahin panda tau gak" Katrin menambahkan

"biar makin mirip panda" jawab Lian sekenannya

"lo lagi ada masalah ya?" Anya akhirnya angkat bicara mengenai hal yang sebenarnya sudah dia pendam itu.

"kalo lagi ada masalah bilang aja, kita sahabat lo,"

"iya, serasa kita gak guna banget jadi sahabat kalo sahabatnya lagi punya masalah cuma diem, berasa kaya orang asing, "

Diam diam Lian membenarkan perkataan Anya

"kalo lo belum siap juga gak papa, tapi kita tunggu sampe lo siap, kalo lo butuh bantuan jangan sungkan bilang, selagi masih bisa kita bantu, iya gak bos?"

"yak tul"

"tul"

Lian lagi lagi tidak menanggapi. Ia bungkam. Tapi kemudian Lian akhirnya berbicara .

"Rano hilang" singkat, dua kata, tapi berefek dasyat bagi hati Lian. Seketika itu juga ketiga sahabatnya diam. Saling pandang.

"hilang?" kening Nadin berkerut

Lian menghembuskan nafas panjang, mengumpulkan tenaga untuk berbicara "dia ngilang gitu aja, tanpa kabar, tanpa sebab, sama kaya-"
Lian menghentikan perkataannya, ia tidak sanggup melanjutkannya. Kesibukan yang sudah di buatnya untuk mengenyahkan nama itu beserta kenangannya tiba-tiba muncul kembali ke permukaan. Dua orang sekaligus muncul dalam pikirannya. Mengacaukan segalanya. Memunculkan kenangan kenangan yang pernah ada secara bergantian bak kaset rusak. Semua itu hampir saja membuat kepala Lian rasanya mau meledak begitu saja.

"dari kapan?"

"emang sih, wali kelas kita nanyain Rano, tapi sampe sekarang gak ada yang tau, lo udah nyari ke rumahnya li?"

"udah sebulan ini dia hilang, gue udah ke rumahnya, bahkan satpam dirumahnya aja gak tau dia kemana"

"lo udah telpon dia?"

"udah, tapi nomernya gak aktif"

Ada nada kesedihan di balik setiap kata yang di ucapkan Lian. Remuk sudah hatinya. Kejadian yang tidak pernah dia inginkan malah terjadi. Dan ini yang kedua kalinya. Orang yang dia sayang menghilang gitu aja bak di telan bumi. Sama seperti tiga tahun lalu.

Lian diam. Tapi matanya sudah memanas. Sebentar lagi air mata itu akan menetes membasahi pipinya. Dan benar saja, sejurus kemudian, Lian meneteskana air matanya. Nadin yang ada di samping Lian dengan sigap merengkuh sahabatnya itu ke dalam pelukannya, menenangkannya. Karena Nadin tau Lian butuh penguat. Butuh semangat. Butuh sandaran. Butuh penyokong dari orang-orang terdekatnya.

" jangan sedih li, kita bantu cari dia, lo tenang aja, lo gak susah sendirian ada kita"

Lian tersenyum, tapi pikirannya melayang jauh. Ke seseorang di sana. Ke seseorang yang membuatnya selalu rindu menjadi candu. Lian rindu suaranya, Lian rindu candaannya, Lian rindu senyumannya, Lian rindu semuanya.

Ingin rasanya Lian teriak sekencang kencangnya berharap bebannya akan lepas bersama teriakannya. Tapi percuma, itu cuma sesaat. Setelah itu bebannya terpantul kembali ke tempat semula. Memenuhi pikirannya.

Tidak banyak yang di butuhkan Lian, hanya kabar Rano. Itu saja tidak lebih. Seandainya dia bosan atau ingin menjauh dari Lian, bukan begini caranya, bukan dengan menghilang tanpa sebab apapun.

Lian pikir Rano tidak sepeti Bara yang meninggalkannya tanpa kabar, Lian pikir Rano akan membuatnya bahagia, Lian pikir Rano berbeda dengan Bara. Tapi ternyata sama saja. Merasakan ini semua Lian seperti de javu. Kejadian yang pernah terjadi tiga tahun lalu nyaris membuatnya mengubah seluruh dirinya menjadi orang lain. Dan kenapa hal ini terjadi lagi? Terulang lagi? Kenapa dunia gak adil buat Lian? Kenapa takdir seakan mempermainkan kebahagiannya?

"selamat ran, kamu berhasil memecahkan rekor luka terbaik yang pernah dibuat dia"

***

Haii, maaf dikit, jangan lupa vote and comment ya, salam jomblo!!😍😍

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang