dua pangeran berkuda putih

758 44 3
                                    

Entah kenapa hari ini Lian merasa tidak enak badan. Ingin bangkit dari kursinya saja ia seperti tidak mampu. Padahal jam pelajaran sudah berakhir semenjak lima belas menit yang lalu. Biasanya ia akan bersemangat dan nomor satu dalam urusan pulang begini. Tapi kali ini ia sangat malas. Matanya sejak tadi tidak bisa di ajak kompromi. Pengen melek aja rasanya matanya kaya udah di kasih perekat kuat. Kakinya sudah seperti di beri beban ber ton ton.

"Li.. Bangun li" Nadin menepuk nepuk pipi Lian pelan

"Hmmmm" lian hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas

"Lo gak papa kan?" Nadin menyentuh kening Lian dengan punggung tangannya " ya ampun, badan lo panas banget Li" Nadin tampak khawatir " An, kat. Tolongin gue. Badan Lian panas banget nih"

Ha? apa? nanas?" Katrin dan Anya mendekat ke bangku tempat duduk Lian

"Dasar bego! Panas dodol bukan nanas! Makanan mulu lo pikirannya" Nadin menjitak kepala Katrin

"Canda mulu ah lo! Bantuin Nadin noh. Kasian ini." Anya ikut ikutan Njitak kepala Katrin

"Iye. Elah"

Mereka bertiga sepakat untuk memapah Lian. Baru akan keluar kelas sesosok Pacar Lian yang tak lain dan tak bukan adalah Aldo. Aldo baru akan menghampiri kekasihnya itu ke kelas. Tapi ia melihat Lian di papah oleh teman temannya.

"Lian kenapa?" Aldo menghampiri Lian dan teman temannya. Mukanya kelihatan panik sekali. Tapi pembawaannya sangat tenang.

"Lah lo?" Katrin bengong kaya ngeliat malaikat tanpa sayap yang jatuh ke bumi

Tanpa babibu Aldo langsung mengambil alih Lian ke gendongannya dan membawanya masuk ke mobil

"Lah? Mau di bawa kemana noh?" Nadin bengong. Sedangkan Katrin dan Anya cuma diem aja memperhatikan mobil sport merah yang melaju dan perlahan menghilang.

"Di culik kali ya tu anak" Katrin berkata dengan polosnya

"Nah lho, lu pada bego atau napa sih? Ayo cepetan elah. Masuk mobil gue aja. Kita susul mereka"
Dengan kekuatan cepat kilat, mobil Anya Dkk melesat membelah jalanan Yogyakarta.

Di rumah Lian ..

Tok tok tok!!

Aldo mengetuk pintu rumah Lian.

"Lha buset. Adek gue nape nih?" Bang yan yang ngeliat adeknya lemah tak berdaya itu langsung ambil alih untuk menggendongnya dan membawa ke kamar Lian di ikuti Aldo yang menguntit dari belakang.

"Heh saldo. Adek gue nape nih?"

Tuh kan. Nama gue di ganti ganti. Abang mah jahat deh. Kalo bukan calon kakak ipar mah udah gue gorok dari tadi lo Batin Aldo kesal

"Kaga tau bang. Tau tau gitu aja tuh" jawab Aldo tenang

"Ya udah gih, sono kompresin dia aja. Nih pake ini. Gue tinggal dulu ya" bang yan keluar dari kamar

Aldo POV

Gue mengamati Lian. Wajahnya begitu manis saat terlelap seperti ini. Sangat tenang dan damai. Gue emang gak salah milih dia, dia cantik. Walaupun dia begajulan mah, tapi hati tetep baik. Gue mengambil kompres yang ada di meja. Meletakkan kompresan itu di kening Lian. Yakin. Kasian banget nih cewek gue.

Author POV

Aldo mengamati gadisnya lagi. Tangannya terulur untuk mengelus elus pipi Lian yang tembem itu. Wajahnya semakin mendekat. Di ciumnya kening gadisnya, lalu kedua kelopak katanya, hidungnya, dan terakhir, ia mengamati bibir berwarna merah muda itu. Dan mengecupnya sekilas.

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang