"Pa, anak kamu kemana?"
Vanny lari tergopoh-gopoh mencari anak gadisnya yang baru berumur lima tahun. Orang yang di panggil Papa—Rafa— hanya bergumam gaje.
Beberapa langkah mendekati suaminya, dia kembali nyungsep.
Oh my.. Kebiasaan lama..
"Kak Rafa.." ringisnya.
Rafa yang lagi duduk bersandar pada pohon langsung bangun dan menghampiri istrinya.
"Sampe kapan kamu mau nyungsep sayang? Sampe kita punya cucu?" tanya Rafa sambil membantu Vanny yang sudah cemberut.
Saat Vanny sudah duduk, Rafa dengan teliti mengamati setiap bagian tubuh yang mungkin luka.
"Mana yang sakit?" tanyanya perhatian.
Vanny menggeleng, tapi sedetik kemudian dia melotot, "ini, hati aku sakit."
Rafa mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian tertawa. "Kamu mau godain aku ya?"
Wajah Vanny bersemu merah, dan dia menatap Rafa dengan kesal. "Abisnya, Nefa ilang kamu kok nyantai aja—"
Ucapan Vanny terhenti karna kecupan ringan di bibirnya.
"Udah ga sakit kan?" tambah Rafa sambil tersenyum.
Wajah Ibu muda itu bersemu merah dan langsung memukul bahu suaminya yang tertawa terbahak.
Mereka sedang menghadiri acara peringatan ulang tahun Crescent-Moon Academy yang ke-30, sekolah asrama milik Airi dan Beryl.
"Aurellio Rafael Aditya! Anak kamu ilang dan kamu masih aja cuek?!" pekik Vanny frustasi saat dia ingat kembali dengan anaknya.
"Udah deh Vann, lo kayak ga kenal sama Rafa aja. Cueknya tingkat dewa."
Vanny menoleh ke asal suara, yang ternyata itu adalah Kiva yang sedang menggandeng Arden dan Aretha di kedua tangannya.
Vanny mengernyit bingung. "Vi sama Aufa kemana? Tega banget ninggalin Arteha di pelukan lo,"
Vanny berjalan mendekat dan mengambil Aretha yang seumuran dengan Nefa—anak Vanny.
"Sialan. Lo pikir gue mau ngapain Aretha?" ujar Kiva sambil monyong.
Arden, anak kandung Kiva dan Zey langsung melepaskan tangan dari Papanya dan berlari mendekat ke arah Rafa yang masih terdiam menatap mereka.
Arden memang paling dekat dengan Rafa, entah kenapa. Padahal cowok itu cueknya pake banget.
"Ar, jangan mau sama Papa Rafa nanti ditenggelemin di laut loh," bisikan setan Kiva sama sekali gak mempan sama Arden.
Dia malahan menatap Papanya lucu, "Alden maunya cama Papa Lafa, kalo cama Papa mah Alden diicengin mulu."
"Iya, Papa Kiva mah cukanya gelitikin Aletha mulu, kan geli. Gaboleh gitu loh Pa nanti Papa kena kutuk sama Peli,"
Maksudnya dia Peri.
Tanpa bisa dicegah, Vanny tertawa ngakak dan Kiva hanya cemberut karna anak dan sepupunya lebih menyukai Rafa ketimbang dirinya.
---------
Di sisi lain gedung sekolah asrama itu, ada seorang gadis kecil berumur lima tahun sedang mengikuti sesuatu tak kasat mata.
"Kamu mau kemana cih? Aku capek tau ngikutin kamu telus," ujarnya cadel.
Dia sedang mengikuti binatang kecil bersinar—seperti kunang-kunang—yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu.
Tanpa mempedulikan perkataan Nefa, dia tetap terbang menuju taman belakang asrama.
Baru beberapa langkah, Nefa terjerembab mencium rumput.
"Cakit.." ringisnya sambil berusaha untuk berdiri dan tidak mempedulikan lututnya yang berdarah.
Tiba di taman belakang, Nefa melihat banyak binatang kecil bersinar itu.
"Wah.. Kelen banget.." ujarnya sambil berusaha mengambil salah satu binatang itu.
Nefa tertawa dan bermain sendiri dengan binatang itu hingga suatu suara mengagetkannya.
"Kamu ciapa?"
Saat Nefa menoleh, ada seorang anak lelaki yang berjalan mendekati Nefa sambil menggendong anak kucing.
"Aku Nefa! Kamu ciapa?" ujar Nefa sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
Anak lelaki itu tersenyum dan menyambut uluran tangan Nefa.
"Fausta,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[F4] Luckiest Snowfall
أدب المراهقين*Kisah anak-anak dari cerita Sparkly Butterflies & Because I Love You!* Panggil gue Nefa, gue hobi bolos kelas dan selalu kena sial dimanapun kapanpun. Banyak yang bilang itu bakat turunan, karna Mama gue yang hobi nyungsep dari bocah. Fausta, cowok...