Fausta's POV
Aku duduk diam di ranjang Nefa, memperhatikan kamar yang bernuansa girly ini. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua pagi, dan aku masih belum bisa memejamkam mata.Ini terlalu nyesek, Tuhan. Gimana bisa cewek pake benda seperti ini? Huaaa!
Baru saja mataku akan terpejam, getaran ponsel Nefa membuat mataku terbuka lebar. Siapa juga yang kirim pesan jam segini, ya kan?
SMS ternyata. Akhirnya aku terduduk dan mmebuka pesan itu.
Nefa: gue gabisa tidur..
Aku menghela napas. Rasanya pengen lompat dari jendela dan langsung nyanperin dia. Tapi kalo tertangkap lagi, gimana?
Fausta: mangnya lo gak ngantuk?
Kuhitung detik yang dibutuhkan Nefa untuk mengetik balasan. Bergetar kembali, itu artinya 35 detik.
Nefa: ngantuk banget! tapi si Arden ni, tidurnya ngorok!
Fausta: sumpel aja mulutnya pake kaos kaki gue.
Nefa: udah gue sumpel pake lap yang ada di kamar mandi lo.
Kamar mandi? Itu kan lap yang biasa aku gunain buat mandiin Junior. Duhh, kasian si Arden. Besoknya pasti dia langsung batuk-batuk deh. Selamat, Arden!
Fausta: yauda lo tidur gih, besok di yang ngajar si botak. jangan sampe ketiduran di kelas!
Nefa: si botak? ih gue pokoknya besok mau bolos. males sama dia mah.
Pak Botak. Guru seni yang resenya tingkat dewa. Sebenernya nama aslinya Pak Bernand, tapi anak-anak lebih sering manggil dia Pak Botak karna kepalanya yang botak mengkilap kayak biksu.
Fausta: enaknya diapain yaa badan lo ini, hmm..
Beberapa saat setelah aku membalas pesan Nefa, ponsel ini berdering, menampilkan namaku di layarnya. Duhh, mau ngakak boleh gak sih?
"AWAS LO MACEM-MACEM SAMA BADAN GUE!" suara berat cowok yang berteriak langsung terdengar dari seberang sambungan ini.
Aku hanya bisa menahan tawa, "lah? kan ini badan gue juga sekarang.."
Nefa terdengar menggeram di ujung sana, "Ta. Kalo lo berani macem-macem sama tubuh gue, besok gue bakalan lari bugil sepanjang koridor cewek gedung sekolah."
Anjir, Nefa ngancemnya parah banget. Kalo dia beneran melakukan hal itu, bisa ancur image gue yang terkenal cuek dan dingin.
Aku berdehem, "gue juga bisa kok lari bugil sepanjang koridor cowok."
"FAUSTAAA!!!!!!" Nefa berteriak, membuat kupingku sakit dan akhirnya aku tertawa ngakak.
"Iya! Gue disini," jedaku, menahan tawa. "Udah ah. Mendingan lo tidur. Kalo bisa bangun jam lima ya, terus kesini."
"Ngapain?" tanyanya.
"Lo mau gue masuk kamar mandi, terus buka baju, celana, terus--"
"AAAAA!!! IYAAA! GUE BAKALAN KESANA SEPAGI MUNGKIN!" teriaknya lagi.
Sigh. Kenapa cewek hobi banget teriak histeris? Bikin kuping sakit aja. Dan parahnya saat ini Nefa lagi ada di tubuh gue, otomatis yang keluar adalah suara cowok yang berteriak ala cewek. Duh, memalukan. Untungnya anak-anak udah molor. Lah kalo masih bangun? Mampus aja kena ejek mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[F4] Luckiest Snowfall
Fiksi Remaja*Kisah anak-anak dari cerita Sparkly Butterflies & Because I Love You!* Panggil gue Nefa, gue hobi bolos kelas dan selalu kena sial dimanapun kapanpun. Banyak yang bilang itu bakat turunan, karna Mama gue yang hobi nyungsep dari bocah. Fausta, cowok...