Hari minggu. Libur sekolah. Bersantai ria di asrama. Ah, hidup ini memang indah.
Semenjak keluar dari kamar, wajahku dipenuhi oleh senyuman. Dengan riang gembira, sesekali aku bersenandung dan melompat-lompat kecil kayak orang sinting.
Plakk.
Anjrot.
Dengan kesal aku menoleh dan mendapati Bu Zia dengan masker dan daster yang super gede, ditambah dengan roll rambut yang masih menempel indah di kepalanya.
"Ada apa, Bu?" tanyaku seraya meringis.
"Kamu kan yang naro ini di kamar Ibu?" dia memperlihatkan majalah xxyeah yang isinya khusus foto-foto cowok ganteng dari berbagai dunia.
Aku mengernyit bingung, "gak kok Bu, masa saya iseng gitu sih?"
Plakk.
Lagi, kepalaku ditabok pake majalah itu.
"IBU!!" aku memekik ketika dia menjewer telingaku.
"Gak usah bohong ya Nefa, apa kamu mau liat buktinya di CCTV?"
Bibirku mengerucut saat dia menyebutkan CCTV. Aku lupa, di beberapa titik kamar asrama dipasang kamera pengintai itu. Hih.
Harusnya tu kamera gue tutup dulu sebelum gue nyelipin majalah di pintu kamar si Ibu. Nefa, bego.
"Kan niat saya baik Bu, biar Ibu gak jomblo terus gitu.." kataku disusul dengan kekehan.
Bu Zia menaikkan sebelah alisnya, lalu mengusap pelipisnya dan menyeretku ke kamarnya.
"Aretha~ Tolong gue!"
Saat seperti ini, minta bantuan anak teladan adalah hal terindah yang pernah ada. Aretha yang lagi asik ngunyah roti bakar menoleh sekilas dan mengangguk. Aku lega.
Terima kasih Tuhan, Kau memberikan sahabat sebaik Aretha!
Dia menghampiriku yang diseret dan berdiri di depan Bu Zia setelah memberi salam. "Bawa aja Bu si Nefa, biar kapok dia," ujar Aretha singkat.
Sialan.
"Nah, Nefa. Kamu harusnya nyontoh Aretha nih, dia kan anak teladan di sini," jelas Bu Zia.
Aku hanya mendengus kesal saat melihat Aretha menutupi bibirnya yang tertawa kecil.
Dengan kesal, aku menghentakkan kaki dan meronta-ronta karna masih dijewer oleh Bu Zia.
"Aretha jahaaaaat!"
Teriakanku menggema di sepanjang lorong asrama. Tapi kemudian disusul oleh teriakan anak asrama yang lain.
"Nah, Bu! Ada apaan tuh?" aku menoleh ke kanan dan kiri dengan panik. Padahal dalam hati aku bersyukur jika Bu Zia mencoba mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Aku memicingkan mata, melihat seorang pria tengah mengobrol intens—lebih ke arah merayu—dengan seorang senior.
"Siapa itu..?" aku bergumam dan berjalan mendekat saat Bu Zia sudah melepaskan jewerannya.
"Ada apa ini? Pagi-pagi udah ribut!" tegur Bu Zia sembari berdecak.
Salah satu penghuni asrama menghampiri Ibu Gembul itu dan membisikkan sesuatu.
"Dia datang?" ujar Bu Zia histeris.
Astaga. Siapa yang datang?
"Nefaaaaa~"
Suara yang sangat familiar mampir di telingaku. Bahkan sebelum aku lahir-pun, aku telah mendengarnya.
Saat menoleh, "Mama!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[F4] Luckiest Snowfall
Teen Fiction*Kisah anak-anak dari cerita Sparkly Butterflies & Because I Love You!* Panggil gue Nefa, gue hobi bolos kelas dan selalu kena sial dimanapun kapanpun. Banyak yang bilang itu bakat turunan, karna Mama gue yang hobi nyungsep dari bocah. Fausta, cowok...